Thursday, April 14, 2016

Tujuan Hidup Manusia Menurut Pandangan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang.
Setiap manusia haruslah mengetahui siapa dirinya, kenapa dia dilahirkan, dan apa tujuan dan tugas2 hidupnya, berapa lama dia bisa hidup di dunia ini, dan kemana dia pergi setelah meninggalkan dunia ini?
Kalau manusia tidak bisa menjawab dengan benar, maka hidupnya seperti manusia yang hidup di hutan2 yang menutup auratnya dengan daun daunan.Mereka tidak berilmu. Mereka tidak tahu tujuan & Tugas hidupnya. Mereka menjalankan hidup seperti binatang saja yaitu kawin, beranak, dan kalau sudah dewasa anak di kawinkan lagi demikian seterusnya dan terakhir meninggal dunia. Bahkan orang-orang yang yang tinggal dilingkungan sosialis pun banyak yang tidak mengetahui tujuan & TUGAS hidupnya. Ada yang mengatakan untuk mencari hidup yang bahagia, berkeluarga serta membesarkan dan mendidik anak-anak.

Kenapa harus menikah


Berikut beberapa alasan mengapa harus menikah, semoga bisa memotivasi kaum muslimin untuk memeriahkan dunia dengan nikah.

Surat-surat yang Dibaca dalam Sholat Fardhu

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya.

Ayat Kursi

Bacaan Ayat Kursi Arab Latin Beserta Terjemahan Indonesia, Inggris



AYAT KURSI (HURUF HIJAIYAH)


TRANSLITERASI AYAT KURSI (TULISAN RUMI/LATIN)

Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum.
Laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa naum.
Lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh.
Man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi idznih.
Ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum.
Wa laa yuhiithuuna bi syai-im min ‘ilmihii illaa bi maa syaa-a.
Wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardha wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa
Wahuwal ‘aliyyul ‘azhiim.


TERJEMAHAN INDONESIA AYAT KURSI

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).
Tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.
Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya.
Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Puasa Senin Kamis

Salah satu puasa yang disunnahkan lagi adalah puasa Senin Kamis. Puasa ini dilakukan pada setiap pekan di dua hari tersebut. Keutamaannya bisa menghapus kesalahan dan meninggikan derajat, serta memang dua hari tersebut adalah saat amalan diangkat di hadapan Allah sehingga sangat baik untuk berpuasa saat itu.

Dalil Pendukung

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739.

All Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Usamah bin Zaid berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ حَتَّى لاَ تَكَادَ تُفْطِرُ وَتُفْطِرُ حَتَّى لاَ تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلاَّ يَوْمَيْنِ إِنْ دَخَلاَ فِى صِيَامِكَ وَإِلاَّ صُمْتَهُمَا. قَالَ « أَىُّ يَوْمَيْنِ ». قُلْتُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ. قَالَ « ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ »
“Aku berkata pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dua hari tersebut?” Usamah menjawab, “Senin dan Kamis.” Lalu beliau bersabda, “Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (pada Allah). Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.
(HR. An Nasai no. 2360 dan Ahmad 5: 201. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Wednesday, April 13, 2016

Pandangan wali Allah tentang dunia

Seorang syeikh menceritakan bahwa,,; di Moroko ada seorang zahid yang dikenal sangat tekun meniti jalan sufi. Ia hidup sangat sederhana sebagai nelayan. Sebagian hasil tangkapannya ia sedekahkan dan sebahagian lagi ia makan. Suatu ketika seorang muridnya ingin pergi ke sebuah daerah di Moroko. Syeikh yang nelayan itu berkata, "Setibanya di sana, temuilah Fulan. Sampaikan salamku kepadanya dan mintalah doa darinya. Sebab, ia seorang wali Allah."

Sang murid bercerita, "Kemudian aku pergi hingga tiba di negeri yang dituju. Aku menanyakan keberadaan orang tersebut. Mereka menunjukkan sebuah rumah yang menunujukkan di tempati seorang raja. Aku terheran-heran melihatnya. Lalu aku meminta izin untuk menemui orang tersebut. Seseorang memberi tahu bahawa ia sedang menemani raja. Aku semakin herann. Tak lama berselang, ia datang dengan memakai pakaian yang sangat bagus dan kereta yang indah. Penampilannya laksana seorang raja. Keadaan itu membuatku semakin heran. Sempat terdetik dalam hatiku untuk kembali dan tidak menemuinya. Namun, aku tidak mahu menentang amanat guruku. Kemudian, aku meminta izin untuk masuk. Dan ia mengajakku masuk. Setibanya di dalam rumah, aku semakin takjub melihat banyaknya budak dan pelayan.

Lalu aku berkata kepadanya, "Saudaramu, Fulan, mengirimkan salam kepadamu?"

Ia balik bertanya,"Engkau dari sana?!"
"Ya."
"Kalau kau pulang nanti, tanyakan kepadanya, "Sampai bila kau menyibukkan diri dengan dunia? Sampai bila kau mengejar dunia? Dan sampai bila kau memelihara keinginanmu terhadap dunia?"

Mendengar ucapan, demi Allah aku semakin heran. Ketika pulang ke tempat guruku, ia bertanya,"Engkau sudah bertemu dengan Fulan?"
"Ya."
"Apa yang ia katakan kepadamu?"
"Tidak ada."
"Namun ia berkata,"Pasti ia berpesan sesuatu untukku." Akhirnya, aku menyampaikan kepadanya ucapan wali tersebut. Mendengar itu, Syeikh menangis lama, lalu berkata,"Saudaraku itu memang benar. Allah telah membersihkan kalbunya dari dunia sehingga hanya ada di tangannya, tak berbekas di hatinya. Sementara, aku mengambilnya dari tangan dan hatiku masih menginginkannya."

Pertanyaan sebahagian sahabat kpd Rasulullah s.a.w. dalam Hadis Nabi sebagai berikut:
"Siapakah wali-wali Allah yang tidak takut dan gundah? Nabi s.a.w menjawab: Ialah orang-orang yang selalu memperhatikan bathin dunia pada ketika manusia memperhatikan lahiriah dunia. Dan mereka itu pula mementingkan lahiriah dunia pada ketika ummat manusia mementingkan dunia di waktu sekarang."

Dari Hadis ini.., bahwa wali-wali Allah meskipun mereka memegang dunia, apakah mereka merupakan sebagai raja atau seorang yang kaya, mereka itu tidak melihat kepada lahiriah dunia, tetapi mereka melihat kepada bathin dunia itu dan hakikatnya. Sebab mereka mengetahui, bahawa dunia itu tidak abadi, tetapi hanya sebentar sahaja. Sedangkan yang abadi adalah faedah yang mereka dapatkan daripada menempatkan dunia itu pada tempatnya dalam erti 'sebagai alat untuk mencari keredhaan Allah s.w.t'

Berlainan dengan manusia biasa, mereka berlumba-lumba mencari keuntungan dunia sekarang juga tanpa memikirkan keridhaan Allah pada pekerjaannya itu. Sedangkan wali-wali Allah melihat kepada penglihatan yang jauh, yakni masa-masa setelah kita berpisah dengan dunia yang fana', mulai dari alam barzakh hingga sampai ke alam akhirat yang kekal lagi baqa.

Isi surat dari Sayidina Ali kpd Salman Al-Farisi:
"Dunia itu adalah seumpama ular, lembut sentuhannya, tetapi bisanya mematikan, maka berpalinglah anda dengan menjauhkan diri dari semua sesuatu yang menimbulkan kekaguman anda padanya (dunia) kerana (akan menjadi) sedikit sesuatu yang menyertai anda dari (bahaya) dunia itu."


Kalimat Saiyidina Ali ini merupakan peringatan kepada Salman Farisi pada khususnya dan ummat Islam pada umumnya tentang hakikat pangkat keduniaan. Bukan tidak boleh kita menduduki pangkat keduniaan itu, tetapi beliau memperingatkan supaya pada kita ada ketahanan mental atau ketahanan bathin, sehingga kita dapat mengendalikan pangkat keduniaan itu demi untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat. Apabila ketahanan mental atau bathin kita tidak ada dalam diri kita, maka kita akan terpengaruh dari kekaguman kita terhadap dunia yang sedang kita pegang.

Oleh sebab itu maka keimanan kepada Allah s.w.t yang kuat dan mantap adalah sangat diperlukan, sehingga kesusahan dunia dengan segala kepahitannya dapat diatasi, kerana pangkat dunia yang sedang kita hadapi ini adalah berjalan atas niat yang baik, yakni mencari keredhannya dalam erti yang luas.

http://cahayamukmin.blogspot.com/2009/06/pandangan-wali-allah-tentang-dunia.html

Dunia Dalam Pandangan Allah

Dunia Dalam Pandangan Allah 

(QS. al-Baqarah dan Ali 'Imran)

Allah SWT berfirman: "Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan di ringankan siksa mereka dan mereka tidak akan di tolong. (QS. al-Baqarah; 86)

Dalam tafsir Fi Dhilal al-Qur'an, Sayyid quthub mengatakan bahwa yang di maksud ayat di atas adalah cara orang-orang Israil yang memegang tongkat di tengah ketika hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang mengelilinginya. Tujuan mereka adalah untuk memperoleh harta rampasan perang berikut keselamatan orang-orang Yahudi sendiri. Mereka tak perduli pasukan mana yang menang dan mana yang kalah.

Sebenarnya itu adalah cara orang-orang yang tidak percaya kepada Allah SWT. Mereka hanya menggantungkan keselamatan diri secara bulat pada kecerdasan otak dan perjalanan takdir belaka. Atau mereka cuma meminta pertolongan kepada sesama manusia, dan bukan kepada Dzat Yang Menciptakan manusia itu sendiri.

Allah SWT berfirman, "Kehidupan dunia di jadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang di kehendaki-Nya tanpa batas." (QS. al-Baqarah; 212)

Sayyid Quthub berkata, "Sesungguhnya ukuran yang di gunakan orang-orang kafir dalam menimbang kadar sesuatu adalah ukuran dunia, ukuran kafir atau ukuran jahiliyah. Adapun ukuran yang sebenarnya sesungguhnya ada di tangan Allah SWT.

Allah SWT  berfirman, "Di jadikan Indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali 'Imran; 14)

Sayyid quthub berkata, "Yang di sebutkan di sini adalah contoh dari sekian banyak nafsu syahwat. Atau yang di singgung Al-Qur'an tadi merupakan kecintaan terhadap lingkungan. Kecintaan tersebut memang menjadi nafsu utama yang menghiasi sejarah perjalanan manusia sepanjang zaman. Namun Al-Qur'an menentang dan memberi tahu kadar ukuran yang sebenarnya dari segala sesuatu yang menjadi tumpuan nafsu tersebut, agar ia diam di tempatnya dan tidak bertambah atau menjalar mencintai barang yang lain.

Yang jelas, semua yang ditentang ini adalah bagian dari kenikmatan cinta. Dan semua kenikmatan syahwat yang di contohkan tadi pada dasarnya adalah perhiasan dunia. Bukan kehidupan yang bernilai, atau sesuatu yang bisa di jadikan tabungan untuk akhirat kelak."

Allah SWT berfirman, "Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri." (QS. Ali 'Imran; 117)

Sayyid Quthub berkata, "Ini adalah rentang waktu untuk menyelesaikan segala urusan. Kehancuran dan kebinasaan selesai dalam tempo itu."

Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antaramu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang di limpahkan) atas orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran; 152)

Orang beriman yang di maksud dalam ayat ini adalah kaum muslimin. Ayat ini turun pada kepada mereka saat perang Uhud.
Sayyid Quthub berkata, "Al-Qur'an menyiramkan cahaya dan menerangi sesuatu yang tersembunyi dalam hati sanubari, namun kaum muslimin tidak mengetahui keberadaan tersebut."

Abdullah bin Mas'ud r.a juga berkata, "Aku tidak mengira kalau salah seorang di antara sekian banyak sahabat Rasulullah ada yang menginginkan kekayaan dunia, sehingga pada perang Uhud Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi-Diantaramu ada orang yang menginginkan dunia dan di antara kamu ada yang menginginkan akhirat-pada kami."
Namun dengan begitu, para sahabat yang salih mengetahui tujuan apa sebenarnya yang tersimpan dalam hati para sahabat yang munafik. Sehingga pada perang Uhud itu pasukan muslimin menderita kekalahan, agar bisa di jadikan pelajaran.

Allah SWT berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa di jauhkan dari neraka dan di masukkan kedalam surga, maka sungguh ia sangat beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali 'Imran; 185)

Sayyid Quthub berkata, "Sesungguhnya kehidupan ini adalah perhiasan, akan tetapi bukanlah perhiasan yang sejati, bukan pula perhiasan sebenarnya yang dapat dinikmati. Perhiasan itu adalah perhiasan semu, atau perhiasan yang menipu dan memperdaya manusia, atau perhiasan yang membangun seribu bangunan kepalsuan dan ilusi. Adapun perhiasan yang hakiki adalah perhiasan untuk memperolehnya di butuhkan perjuangan, yakni surga. Dan itu hanya bisa di peroleh setelah lulus dari api neraka."
sumber;
http://sufiperkotaan.blogspot.co.id/2010/12/dunia-dalam-pandangan-allah-qs-al.html


...........................................



NILAI DUNIA PADA PANDANGAN ALLAH SWT

Jabir bin Abdillah ra bekata, “Rasulullah SAW pernah memasuki sebuah pasar yang di kiri-kanannya dipadati manusia. Ketika itu baginda melewati seekor kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas baginda menenteng telinga kambing itu seraya berseru, “Siapakah yang mau membeli kambing ini dengan harga satu dirham?”
Pengunjung pasar menjawab, “Sedikitpun kami tidak menginginkannya“.
Baginda bertanya lagi, “Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan percuma kepada kalian?”
Mereka menjawab, “Demi Allah, kalaupun anak kambing itu hidup, kami tidak akan menerimanya kerana cacat, maka bagaimana kami mau menerimanya setelah menjadi bangkai?”
Mendengar hal ini Nabi SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam pandangan kalian”.

(Hadis Riwayat Muslim).
............................................................


Dunia dalam pandangan Allah 

(QS An-Nisa')

Allah SWT berfirman: Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang dijalan Allah, lalu gugur dan memperoleh kemenangan, maka kelak akan kami berikan padanya pahala yang besar. (QS. An-Nisa': 74)

Sayid quthub berkata, "karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang dijalan Allah. Dalam Islam memang tidak ada peperangan, kecuali untuk tujuan itu. Tak ada peperangan yang bertujuan memperoleh harta rampasan; juga tak ada peperangan yang bertujuan menjajah, dan tak ada peperangan yang hanya bertujuan memuaskan keinginan seseorang atau suatu golongan tertentu.

Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Alloh. Berdasarkan ayat di atas, orang yang menukar kenikmatan duniawi dengan kebahagiaan akhirat, akan mendapatkan balasan yang sangat besar dari Allah SWT atas hasil yang mereka capai, baik terbunuh di jalan-Nya, atau mendapatkan kemenangan."

Allah SWT berfirman: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!"Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dari itu takutnya. Mereka berkata:"Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?"Katakanlah:"Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun."(QS.An-Nisa':77)

Sayyid Quthub berkata,"Apalah artinya dunia berikut seluruh isinya? Apa gunanya menunggu lebih lama, sehari, seminggu, sebulan, atau setahun? Kalau sekiranya seluruh perhiasan dunia hanya memiliki secuil keindahan? Mengapa masih menunda kesempatan untuk mendapatkan perhiasan sejati selama beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun? Oh...seluruh perhiasan dunia, engkau hanyalah sedikit."

Lebih lanjut, ia berkata,"Dunia adalah perjalanan. Ia sebuah permulaan dan bukan tujuan utama atau akhir dari sebuah perjalanan itu. Di belakangnya menanti akhirat, dimana perhiasan di dalamnya adalah perhiasan sejati, kekal dan melimpah ruah. Tentu saja perhiasan di tempat kedua ini lebih baik."

Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan 'salam' kepadamu: Kamu bukan orang Mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.An-Nisa':94)

Sayyid Quthub berkata,"Sesungguhnya kecenderungan pada materi tidak boleh dimasukkan ke dalam tujuan suci kaum Muslimin pada saat mereka keluar untuk berperang di jalan Allah SWT. Karena tujuan semacam itu bukan pilar penyangga bangunan jihad. Dan jangan terburu-buru mengayunkan pedang sebelum benar-benar jelas siapa yang hendak dibunuh, sebab darah kaum Muslimin adalah darah suci dan tak boleh ditumpahkan sembarangan.

Intinya, kaum Muslimin tidak boleh berperang dengan tujuan memperoleh harta benda sebagaimana yang mereka lakukan ketika mereka masih hidup di alam kegelapan (Jahiliyah)."

Allah SWT berfirman: Beginilah kamu, kamu ekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada Hari Kiamat? Atau siapakah yang jadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)? (QS. An-Nisa': 109)

Dalam menanggani orang-orang yang berdebat membela sang pengkhianat, Sayyid Quthub berkata,"Pada Hari Kiamat kelak, mereka tidak akan memiliki pelindung yang dapat membelanya. Lantas apa gunanya berdebat membela mereka dalam kehidupan duniawi, kalau sekiranya pembelaan itu tiada berarti kelak pada Hari Pembalasan."

Allah SWT berfirman: Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka dia merugi). Karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.An-Nisa': 134)

Sayyid Quthub berkata,"Allah SWT memalingkan hati yang serakah pada kesenangan-kesenangan duniawi semata. Padahal fadhilal (kemurahan) Tuhan jauh lebih mulia. Dia memiliki pahala di dunia dan di akhirat. Dengan kuasa Allah SWT pula, mereka bisa meneliti kembali kecenderungan terhadap kesenangan-kesenangan dunia untuk kemudian memalingkan pandangan pada kehidupan setelahnya; atau membandingkan antara kenikmatan yang dapat diperoleh di dunia dengan kenikmatan yang bisa diperoleh di akhirat.'

Lebih lanjut, ia berkata,"Adalah sebuah kebodohan dan kegagalan besar spektakuler; ketika manusia memiliki pengetahuan terhadap dunia dan akhirat secara seimbang, atau memiliki pengetahuan terhadap balasan yang dapat diterima dan dirasakan di kedua tempat tersebut. Inilah yang dikehendaki ajaran Islam, keseimbangan dan kesejajaran. Akan tetapi, orang tersebut kemudian merasa puas dengan mengecap sedikit kenikmatan duniawi, sehingga menyerahkan perasaan cinta terhadapnya. Ia hidup laksana binatang dan hewan-hewan liar; padahal sejatinya ia memiliki kemampuan untuk hidup sebagai seorang manusia. Kakinya lekat menjejak bumi, akan tetapi ruhnya terbang membumbung tinggi di angkasa, bergerak bebas di atas hukum-hukum duniawi. Bahkan pada kesempatan itu, ia bisa hidup berdampingan dengan para malaikat yang tinggi."



Menguak Rahasia Puasa Orang-orang Arif



Pentingnya Nilai Bulan Ramadhan

Satu perkara yang penting bagi pe-salik (kepada Allah swt) adalah mengetahui hak dan nilai bulan Ramadhan, karena bulan puasa ini merupakan bulan undangan Allah swt bagi mereka yang menitih jalan kepadaNya. Bulan Ramadhan, merupakan tempat bertamu kepada Allah swt, begitu juga makna yang tepat untuk orang berpuasa adalah tamu Allah swt (dhiyafatullah), sekaligus sebagai bentuk usaha untuk mendapatkan keikhlasan dalam gerak dan diam, dengan dasar ridha kepada pemilik rumah, Allah swt.

Nilai dan Faedah Lapar

(Wahai pencari maqam qarb-posisi dekat-) lapar bagi pesalik, keutamaannya adalah penyempurnaan jiwa (nafs) dan makrifah Allah swt. Juga fadhailnya disebut dalam hadits begitu agung dan besar. Oleh karena itu kita mencari sebab, hikmat dan falsafahnya.

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, dimana beliau bersabda: ”Bukalah jiwa kamu menuju mujahidah dengan perantara lapar dan haus, karena tindakan ini sama dengan melaksanakan jihad dijalan Allah swt, sebagaimana tidak ada amal yang lebih dicintai Allah swt selain dari lapar dan haus”. Begitu juga dalam hadist lain bahwa: ”Dihari kiamat; posisi yang lebih dekat pada Allah swt diantara kamu pada Allah swt adalah mereka yang lebih banyak (menahan) lapar dan mereka yang banyak berfikir tantang Allah swt”. Disabdakan pada Usamah: ”Kalau bisa, ketika malaikat maut hendak mengambil nyawamu, (adalah)ketika perutmu lapar dan tenggorokanmu haus, lakukanlah hal ini, karena perbuatan ini adalah posisi yang paling mulia. Kedudukan yang dapat kamu dibayangkan, adalah dekatnya posisi kamu dengan Rasul, para malaikat bersuka ria ketika ruh mu tiba serta Allah swt mengucapkan salam dan salawat kepadamu”. Disabdakan juga: ”Laparkan perutmu dan keringkan badanmu, semoga Allah swt akan melihat hatimu”. Dalam hadists mi’raj Allah swt berfirman kepada Rasulullah saw: ”Wahai Ahmad, apakah enkau mengetahui faedah dan hasil dari puasa?”. Saya berkata:”Tidak wahai Ilahi”. Allah swt berfirman: ”Hasil dan faedah dari puasa adalah mengurangi makan dan bicara. Kemudian Allah swt menjelaskan hasil dari pada diam para pemikir dengan berfirman:”Diam mewariskan hikmat, dan hikmat mewaritskan ma’rifat, dan ma’rifat mewaritskan yakin, karena hamba sampai pada tingkatan yakin, tidak ada sisa lagi, untuknya tidak ada beda apakah kehidupannya susah atau mudah?!. Ini adalah posisi shahib ridha. Bagi siapa yang beramal mencapai ridha Saya, maka tiga hasil yang akan pasti didapatkannya. Akan diajarkan kepadanya rasa syukur, sehingga tidak bercampur antara kejahilan dan kebodohan, zikir dan ingat tanpa ada kelupaan, kasih dan sayang akan diberikan kepadanya sehingga tidak akan didahulukan kasihnya kepada makhluk melebihi cintanya kepada Allah swt karena Saya pemilik cinta, dan Saya akan mencintainya. Ciptaan Saya akan menuju pada kasihnya, mata dan hatinya selalu terpaku pada keagungan dan kemuliaan DiriKu, padanya ilmu sehingga kesumat hamba tidak tersembunyi.

Pada kegelapan malam dan terangnya siang Kami akan bermunajat sehingga hilang dan terputuslah bahaya makhluk yang ada bersamanya. Firman-Ku dan ucapan para malaikat akan sampai pada telingnya. Kebenaran dan rahasia-Ku yang tertutup atau tersembunyi dari semua makhluk akan jelas dan terang baginya “.

Kemudian difirmankan:”Akal dan idrak-nya akan tenggelam dalam pengetahuan marifat-Ku, dan Saya akan duduk di akalnya, kemudian kematian, tekanan, panas dan ketakutan akan menjadi ringan dan mudah, sehingga (dengan cepat dan selamat)akan masuk kedalam sorga. Ketika malaikat maut turun kepadanya dan mengatakan:”Selamat padamu, berbahagialah!. Tuhanpun rindu padamu!”. Sampai disitu disabdakan dan kemudian Allah swt berfirman:”Ini adalah sorgaKu, tinggalah disitu, ini adalah lingkunganKu, tenanglah (dan tetaplah)!. Maka ruh menjawab:”Wahai Sembahanku?!. Engkau telah mengetahuia aku, maka saya denganMu tidak memerlukan semua makhluk. Demi Keagungan dan KemuliaanMu aku bersumpah, kalau Engkau hendak memotong-motongku, dan hidup diantara hamba-MU dengan keadaan yang paling sengsara, dan tujuh puluh kali terbunuh, maka kesenangan dan ridha Engkau akan lebih aku cintai”. Hingga disini difirmankan, kemudian Allah swt berfirman:”Demi Kemuliaan dan keagunganKu, Aku bersumpah, diantara Aku dan engkau tidak ada batasan masapun yang akan menjadi hijap atau penutup, ketika engkau menghendaki dan menginginkan datanglah kepadaKu, inilah apa yang Aku perbuat pada kekasihKu”.

Pada riwayat ini telah ditunjukkan dengan jelas hikmat dan falsafah lapar dan keutamaannya. Kalau kita ingin mengetahui lebih jauh dan jelas tentang keutamaan dan faedah dari pada lapar dalam puasa ini, maka lihatlah pada ulama akhlak yang akan membawakan riwayat yang ada. Karena mereka akan menjelaskan tentang keutamaan besar dari lapar, diantaranya adalah penyembuh hati, karena kenyang akan memperbanyak uap di otak, jiwa akan lambat beraktivitas dalam berfikir dan menentukan, terjadinya rasa berat sehingga akan membutakan hati. Dan rasa lapar adalah lawannya, lapar akan mengobati hati dan kecepatannya, hati akan terus beraktivitas berfikir yang berkelanjutan dengan makrifat, kemudian selalu siap untuk menerima cahaya (Ilahi), sebagaimana diriwayatkan oleh Rasulullah saw: ”Siapa yang membiarkan perutnya lapar, maka fikiran dan pemahamannya akan membesar”. Begitu banyak lagi faedah dari lapar.



Rahasia Perjamuan Pesalik dengan Lapar

Rahasia Allah swt menentukan untuk menerima tamuNya adalah dengan lapar. Karena itu adalah untuk nikmat yang lebih baik dan tinggi dari nikmat makrifat, qurb- dekat- dan liqa’. Dan rasa lapar adalah paling dekatnya sebab untuk itu.Puasa adalah jamuan Allah swt untuk hambaNya.

Bagi seorang pesalik dijalan Allah swt lapar dan puasa bukan sekedar taklif, tapi adalah jamuan yang wajib disyukuri dan dilakukannya. Keinginan Allah swt inilah yang perlu diketahui kedudukannya serta mendalami nilai yang terdapat dari ayat panggilan Ilahi dari ayat suciNya. Karena itu adalah panggilan dan undangan kepada kalian untuk sampai pada ketempat pertemuan. Dari nikmatnya kebaikan dan kefahaman dari hikmah dan falsafah tasyri’ puasa tersebut adalah mengurangi makan dan dan melemahkan kekuatan badan, sehingga dari sisi ini, puasa yang dilakukan disiang hari dapat dilakukan pula dimalam hari. Puasa bukan hanya sekedar untuk tidak makan dan minum, tapi harus bersama puasa puasa telinga, mata, mulut, dan sebagian kabar mengatakan bahwa kulit dan rambutpun harus berpuasa.

Niat dan Tujuan Pesalik dalam Puasa

Wahai para pesalik, untuk amal (puasa) ini tidak layak hanya dengan berniat untuk menghilangkan/mencegah murka Ilahi, sebagaimana tidak layak hanya dengan tujuan untuk mendapatkan pahala dan masuk kedalam nikmat sorga sekalipun dengannya semua itu bisa didapat. Tapi haruslah berniat bahwa dengan puasa akan mendekatkan diri kepada Allah swt, mendekatkan diri dan ridha Allah swt. Dengan ini, maka akan dijauhkan dari syifat syaithani dan mendekat pada sifat malaikatiyah.

Ketika ini sudah diketahui, dengan pemahaman pengetahuan agar menjauhi semua tindakan dan perkataan yang menjauhkan diri saat(hadir dihadapan Allah swt). Karena tindakan yang menjauhkan diri kepada Allah swt itu bertentangan dengan keinginanNya dalam perjamuan di perhelatan ini maka, janganlah bergembira disaat engkau datang, kedekatan dan kehadiran pada dar al dhiyafah (tempat perjamuan) yang sebagai istana Mun’im (Allah swt) karena semua rahasia dan apa yang ada di hati hamba-hambaNYA telah diketahui oleh Nya. Jangan melupakan Allah swt karena Dia memperhatikan kamu, jangan sekali-kali kita melakukan protes, sementara Dia ada dihadapan kamu. Demi jiwaku aku besumpah, bahwa ini dalam hukum akal merupakan perbuatan qabaih ‘adhimah (keburukan/cela yang agung), dimana akal tidak akan ridha jika dengan sahabatnya berlaku demikian, (apakah lagi dengan Tuhannya).

Tapi karena kita berada di tempat yang sempurna dan Fadhl Ilahi, maka semua kealpaan ini tidak menjadikan kita terusir, karena Dia telah mengampuni hambaNya sehingga tidak keluar dari lingkungan taklif. Tapi juga hamba haruslah memahami kadar Tuan dan Sayyidnya untuk tidak bertindak hanya sebanding halal dan haram, tapi haruslah sebanding Ketuanan dan KeSayyidanNya, bertindak dengan ubudiyah padaNya atau lebih rendah dari ini, yaitu tindakan orang yang hina dan dina.

Dengan kata lain, hamba haruslah berlaku sebagaimana yang dipesankan oleh Imam Shadiq as. Beliau berkata: “Ketika engkau berpuasa hendaknya, memandang bahwa dirimu diundang dan dekat dengan akherat [kematian]. Keadaanmu dalam keadaan tunduk, khusu’,rendah dan hina dalam keadaan ketakutan dihadapan Tuhannya, bersihkan hatimu dari cela dan jaukan bathinmu dari makar dan tipu muslihat serta semua bentuk perbuatan yang keluar dari Ilahi.

Tetapkanlah dalam puasa untuk meletakkan kekuasaan hanya pada Allah swt dengan ikhlas (mengetahui hanya Allah swt yang pantas disembah). Berharaplah sepenuhnya pada Allah swt, hati dan badan hanya untuk Allah swt. Pada hari-hari puasamu, jadikan hati untuk cinta dan zikir, badan beramal untuk ridhaNya, hilangkah semua dari apa yang tidak diperlukan dalam undangan (perjamuan) itu. Imam as menasehatkan juga (dimana kita harus bersedia untuk melakukannya) bahwa kita harus menjaga agar semua anggota badan jauh dari bahaya, penentangan dan larangan Allah swt, terutama “lidah”, sehingga debat dan sumpahpun perlu dihindari.

Kemudian diakhir riwayatnya beliau bersabda:”Apabila kalian mengamalkan pesanku tentang semua hal yang pantas bagi orang orang yang puasa, maka (puasanya) telah benar, kalau tidak demikian, maka fadhilah dan pahalanyapun akan kurang dari”.

Maka fikirkanlah apa yang telah dipesankan tentang kewajiban orang puasa, kemudian berharaplah dengan nilainya, maka ketahuilah bahwa diri diundang dan dekat dengan akherat, hati akan keluar dari lingkungan duniawi dan tidak keluar dari kesiapan untuk lingkungan akherat. Bagitu juga kalau hatinya hudhu’,dan besih dari semua hal yang bukan Ilahi. Kalau saja hati dan badannya merendah hanya untuk Allah swt dan menghindar dari semua hal yang bukan Ilahi, maka ruh,hati dan badan serta semua wujudnya ada pada zikir Allah swt, mahabbah Allah swt, tenggelam dalam ibadah Allah swt maka puasanya menjadi puasa orang-orang “muqarribin” (orang orang yang dekat dengan Allah swt).

Begitulah Allah swt berfirman atas hak orang orang yang dekat dengannNYA, untuk berpuasa yang demikian, sekalipun hanya satu hari dalam umurnya”.

Tingkatan Puasa

Ada tiga macam tingkatan puasa yang dilakukan oleh umat manusia.

1. Puasa Awam: yaitu puasa yang hanya seekedar meninggalkan makan, minum dan wanita. Sebagaimana apa yang dikatakan para fuqaha tentang kewajiban dan muharamat yang ditentukan untuk puasa.

2. Puasa Khawash [Panca Indera]: yaitu selain dari pada apa yang harus ditinggalkan tersebut, seorang yang berpuasa harus menjaga semua anggota badannya dari pekerjaan yang dilarang Allah swt.

3. Puasa Khawash Al Khawash [Jiwa]: yaitu meninggalkan semua perkara yang menghalangi manusia kembali kepada Allah swt dan beramal hanya untuk Allah swt, baik halal maupun haram.

Pada tingkatan dua dan tiga ada banyak peringkat/bagiannya [gradasinya] juga, terutama pada peringkat kedua, sebanyak tingkatan ashabul yamin dari mukminin, dimana setiap personal memiliki batasan sendiri dan tidak sama dengan sahabatnya. Setiap orang yang sampai pada(tingkatan) tersebut maka mereka adalah orang yang amalnya dekat dengan orang yang ada diatasnya.

Tingkatan Orang Berpuasa Berdasarkan Motivasi

Orang yang berpuasa terbagi menjadi kebeberapa bagian dilihat dari motivasi dan niatnya berpuasa. Sebagian orang berpuasa dengan tujuan benar yaitu tidak hendak melakukan hal yang membatalkan puasanya,tapi bukan karena Allah swt, seperti takut kepada masyarakat atau berusaha untuk mendapatkan keuntungan dirinya sendiri,atau karena adat kebiasaan muslimin.

Sebagian yang lain berpuasa karena takut pada azab neraka dan mengharapkan pahala Allah swt.

Sebagian yang lain, hanya takut akan azab neraka dan mengharapkan pahala dari Allah swt. Hanya sedikit yang hanya berharap pada pahala saja, karena kebanyakan dari mereka motifasinya adalah untuk mencegah dari azab dan mengharapkan pahala.

Sebagian lain, selain dari berniat untuk meninggalkan azab dan meraih pahala, juga berkeinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan mendapatkan ridha daripadaNya.

Dan sebagian lain, dengan ikhlas hanya untuk mendekatkan diri dan ridha Allah swt.

Mereka yang mengharapkan peringkat ruhaniah mukhlishin, selalu berusaha untuk Mahbub-nya, dia akan berusaha sepenuhnya untuk menambah setiap usaha (riyadhah) bagi dirinya. Kalau saja ada dua perbuatan yang sama fadhilahnya, maka dia akan memilih salah satu yang lebih berat untuk jiwanya. Inilah hak dari semua yang menjadi muqarab, berbahgialah mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh Amiril Mukminin as.

Hal yang penting dan harus dijaga sebelum memulai berbuka puasa atau sahur setelah membaca Basmalah (bismillahir Rahman ir Rahim) adalah membaca surat Al Qadr.

Tingkatan Puasa Para Pesalik dan Puasa Benar [makbul]

Perhatikanlah wahai orang yang berpuasa!. Apa yang dapat dipetik dari akhbar; ghibah, bohong, memandang hal-hal yang diharamkan seperti memandang bukan muhrim, didasari dengan kebencian dan kedhaliman –sedikit ataupun banyak- akan membatalkan puasa, karena puasa bukan hanya tidak makan dan minum saja. Karena orang yang (sebenarnya) berpuasa harus juga berpuasa telinga, mata, lidah, faraj dan perutnya. Kaki dan tangannyapun harus terjaga. Banyaklah diam,kecuali kata kata untuk kebaikan. Bersahabatlah dan berbuat baiklah dengan pembantu dan pelayanmu, karena puasa harus menjaga telinga dan mata dari semua hal yang haram dan yang membawa keburukan.

Hindarilah memarahi dan menghardik pembantu dan pelayan, jauhilah. Dapatkan nilai dari puasa. Karena hari itu adalah hari puasamu jangan jadikan hari puasamu sama dengan hari ketika kamu tidak berpuasa. Rasul saw bersabda: ”Apa yang paling mudah dijalankan oleh orang yang berpuasa adalah dan Allah swt menjadikanNYA mudah bagi orang yang puasa adalah tidak minum dan tidak makan”.

Puasa hakekatnya adalah memutuskan anggota badan dari perbuatan dosa, tidak sekali-kali melihat pada hal-hal yang dilarang Allah swt. Kalau berpuasa dengan dasar tersebut, maka hati akan terjaga untuk selalu mengingat Allah swt, hanya berpuasa untuk Allah swt sajalah puasa itu akan sempurna. Kalau seseorang mengetahui hakikat puasa, maka derajat dan hikmat tasyri’ puasapun akan diketahuinya. Dengan sendirinya dia akan menjauhi dan menghindari dari perbuatan haram sehingga puasanya dapat diterima, kalau tidak, maka puasanya patut dipertanyakan. Makna dari pada sudah terlaksananya kewajiban berpuasa, tidaklah berarti bahwa nanti dihari kiamat dia sudah akan berbahagia dan puasanya telah diterima.

Ukuran yang paling jelas untuk menimbang puasa diterima atau tidaknya puasa dibulan puasa adalah sabda Rasulullah saw. Bagi orang yang berada di bulan (puasa-Ramadhan) tapi dosanya tidak berkurang, sebagaimana sabda Nabi:”Barang siapa telah meniggalkan bulan puasa (Ramadhan) tapi dosanya tidak berkurang, Allah swt tidak akan mengampuninya”. Dengan dasar ini pula beliau diutus Allah swt sebagai rahmat untuk seluruh alam.

Petunjuk jelas untuk memperluas dan melipat gandakan rahmat, pengampunanNya yang mencakup semuanya serta kasihNya dibulan ini. Bukankah tidak kenikamatan lain lagi selain ini?!. Dia adalah Rahmatan lil alamin. Muslimin tidak akan terkutuk betapapun besar dosanya.[IM/R]
 

Amalan puasa khusus untuk Allah

 
Image result for Amalan puasa khusus untuk AllahDalam suatu riwayat dikatakan bahwa Allah ta’ala berfirman yang artinya “setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.” Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya, sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.
 
Kenapa Allah menyandarkan amalan puasa untuk-Nya???
 
 
Alasan pertama, 
 
karena didalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’ dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan ibadah shalat. Dalam shalat kita memang dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu terjadi dalam waktu yang sangat singat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantapnya dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi demikian.
Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makanan dan minuman ketika berpuasa dan dia meninggalkan semua itu karena Allah Swt, padahal tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah Swt, maka ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan ibadah semacam ini. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Rajab, ‘inilah yang menunjukkan benarnya iman orang tersebut’. Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia berada di dalam pengawasan Allah meskipun dia sendirian. 
 
Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka menaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena takut  pada siksaan dan selalu mengharap  ridha dan pahala-Nya. Sebagian salaf mengatakan, ‘beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji Rabb yang tidak nampak di hadapannya”. Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding dengan amalan-amalan lainnya.
 
Alasan kedua, 
 
puasa adalah rahasia antara seorang hamba dan  Rabbnya yang tidak ada orang lain  yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “dalam puasa sulit sekali terdapat riya’. Dari dua alasan inilah Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya.
 
sumber;
 

7 Amalan Sunnah Saat Berbuka Puasa

Bagi kaum muslim yang mengaku beriman dan menunaikan puasa Ramadhan agar memperoleh gelar muttaqin, berikut ini kami sajikan 7 amalan sunnah ketika berbuka puasa. Inilah beberapa amalan agar puasa Anda bernilai optimal, insyaallah.

Image result for buka puasa

1. Hanya Berbuka Setelah Masuk Waktunya
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
"Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam." (QS. Al-Baqarah, 2: 187)
"Malam" yang dimaksud dalam ayat tersebut dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, yaitu ketika terbenamnya matahari.

2. Menyegerakan Untuk Berbuka Puasa
Rasulullah SAW Bersabda:
"Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mana mereka menyegerakan dalam berbuka." (Shohih Bukhori).
3. Berdoa Ketika Berbuka Puasa
Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Bagi orang yang berpuasa di saat dia berbuka ada doa yang mustajab." (Musnad Ath-Thayalisi).
Rasulullah SAW bersabda:
"Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak; (yaitu) Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa hingga dia berbuka, dan doa orang yang terdalimi." (Musnad Ahmad).
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa, di saat waktu berbukanya itu ada doa yang tidak tertolak."
4. Berbuka dengan Ruthab, Tamr atau Air Dingin
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian berbuka, maka berbukalah dengan tamr, jika tidak menemuinya maka berbukalah dengan air sejuk karena ia membersihkan." (Sunan Tirmidzi)
Rasulullah SAW berbuka dengan beberapa butir ruthab (yakni kurma segar yang baru masak) sebelum beliau melaksanakan sholat. Jika tidak didapatkan ruthab, beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), jika tidak didapatkan tamr, beliau pun berbuka dengan meminum beberapa teguk air sejuk. (Sunan Abi Dawud).
5. Tidak Berlebihan dalam Berbuka
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Makan dan minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah, selagi mana bukan untuk bersombong dan berbuat boros." (Musnad Ahmad).
6. Memberi Makan untuk Berbuka
Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa memberi makan untuk orang-orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun."
7. Mendoakan Orang Yang Memberi Makanan Berbuka
Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam datang kepada Sad bin Ubadah. Sad pun menghidangkan untuk beliau roti dan minyak, lalu beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam pun mengucapkan:
"Orang-orang yang berpuasa telah berbuka di sisimu, orang-orang yang baik memakan makananmu, dan para malaikat pun mendoakanmu." (Sunan Abi Dawud).

Doa-doa yang pernah diucapkan oleh Nabi pada orang yang memberi makan berbuka puasa adalah sebagai berikut, bisa dipilih salah satu:
"Ya Allah, berkahilah mereka pada apa yang Engkau rezekikan pada mereka, ampunilah mereka dan rahmatilah mereka."(Musnad Ahmad).
"Ya Allah, ampunilah mereka, sayangilah mereka, dan berilah barakah pada makanan yang telah Engkau berikan kepada mereka." (Musnad Ahmad).
"Semoga orang-orang yang baik memakan makananmu, para malaikat mendoakanmu, dan orang-orang yang berpuasa berbuka di tempatmu." (Musnad Ahmad)
"Ya Allah, berikanlah makan kepada orang yang memberiku makan, dan berilah minum kepada orang yang memberiku minum’ (sahih Muslim).
 

Keajaiban Puasa Daud

Puasa Daud adalah puasa yang paling disukai oleh Allah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya.
أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur lagi di seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya.” (HR. Bukhari no. 1131).

Makna & Tujuan Hidup???

MAKNA HIDUP & TUJUAN HIDUP MENURUT AL QUR'AN & HADIST



Iلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

MAKNA HIDUP

Hidup..? Apa sih arti dari Kehidupan itu..???
 

Selama ini kita menjalani hidup di dunia ini terkadang ada yg mengnyibukan dirinya dengan Kehidupan dunia/akhirat,akan tetapi atau mungkin sebagian dari kita belum mengetahui arti dari kehidupan itu tersendiri,nah pada kesempatan ini insya Allah saya akan mengulas dan menjelaskan Pengertian dari arti sebuah KEHIDUPAN & apa sih Tujuan dari Hidup itu Yg sesuai dengan AlQur'an & Hadist.

Pengertian Hidup menurut Al Qur'an 

Al Quran adalah pedoman bagi manusia untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya. Berikut adalah beberapa pemahaman inti tentang makna hidup menurut Al Quran.Berbagai macam ajaran mengenai hakekat hidup dan tujuan hidup telah berkembang. Masing-masing berbeda tentang pengertian dan tujuan hidup. Hanya Al Qur’an lah yang dapat menjelaskan arti dan tujuan hidup manusia secukupnya sehingga dapat dipahami oleh setiap individu yang membutuhkannya. 
            Kita hanya akan menyinggung arti hidup bagi manusia sendiri, kita tidak akan menyinggung arti hidup bagi benda atau wujud lain. 

 
Bahwa hidup pertama ialah di dunia kini dan hidup kedua berlaku di alam Akhirat. Kedua macam hidup itu berlaku dalam keadaan konkrit. 
Banyak Ayat Suci yang menyatakan hidup dua kali di antaranya ayal 40/11.\


قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ

 
وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِّن سَبِيلٍ
 

40/11. Mereka berkata: wahai Tuhan kami, Engkau matikan kami dua kali dan Engkau hidupkan kami dua kali, dan kenallah kami pada dosa-dosa kami, Maka adakah garis hukum untuk keluar?
 

Berbagai macam doktrin telah berkembang di muka Bumi, namun tidak satupun yang memberikan alasan kenapa adanya hidup ini; Masing-masing berbeda tentang pengertian dan tujuan hidup, hanya Alquran lah yang dapat menjelaskan secukupnya hingga dapat dipahami oleh setiap diri yang memerlukannya.
 

Alquran memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa orang hendaklah menghubungkan dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melakukan hukum-hukum tertulis dalam Alquran, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya dalam melaksanakan tugas amar makrur nahi mungkar. Hubungan vertikal dan horizontal begitu akan menimbulkan daya juang untuk mencapai kemakmuran bersama serta ketinggian martabat dalam saluran rasa cinta bagaikan api yang tak kunjung padam. Artinya hidup seperti itulah satu-satunya yang mungkin dipakai untuk memperoleh keamanan dunia hingga seseorang bebas dari rasa takut, korupsi dan perkosaan.


RASULULLAH SAW BERSABDA, “… 
TIDAKLAH AKU TINGGAL DI DUNIA MELAINKAN SEPERTI MUSYAFIR YANG BERTEDUHBAWAH POHON DAN BERISTIRAHAT LALU MUSYAFIR TERSEBUT PERGI MENINGGALKANNYA.” [HR TIRMIDZI]



Tuesday, April 12, 2016

Rahasia di balik "Perut Lapar"

Krucuk.. Krucuk... Itulah bunyi perut saat lapar,,,.

Hmmmm, apa sebenarnya yg terjadi di dalam perut kita saat lapar..???

Perut manusia mirip terowongan panjang di dalam tubuh. Terowongan perut berawal dari mulut dan berakhir di anus. Terowongan perut ada yg berupa kantong besar, saluran yg halus, saluran berlipat-lipat dan berliku.

Kantong besar di perut manusia dinamai LAMBUNG.

Saluran halus setelah lambung disebut USUS HALUS.

Saluran besar yg berlipat dan berliku disebut USUS BESAR.

Ujung usus besar biasanya disebut REKTUM dan ANUS.

Terowongan perut selalu bergerak dan meremas-remas secara otomatis.

Dalam keadaan wajar, terowongan perut bergerak 3-10 kali tiap menit. Gerak terowongan perut semakin kuat saat ada makanan.

Ssst, gerak terowongan perut bisa terjadi karena ada sinyal listrik di perut, lo. Hihihiii... tentu saja, sinyal listriknya sangat kecil. Mirip kedutan yg terjadi di mata. Sinyal listrik di terowongan perut biasa disebut MMC (Migrating Myoelectric Complexes).

Uniknya, MMC mirip radar. Tugas MMC memantau ada makanan atau tidak sepanjang terowongan perut.  Jika tidak ada makanan, MMC memerintahkan terowongan perut meremas apa saja yg ada di perut. Entah itu sisa makanan atau gas. Hmm, kalau masih ada sisa makanan, perut tidak akan sakit saat terowongan perut meremas-remas. Jika hanya ada gas, maka bunyi krucuk-krucuk akan terdengar saat lapar.



...............................


Kita wajib mengetahui tentang "rahasia lapar" yang begitu besar hubungannya dengan jalan menuju akhirat.

Ketahuilah, bahwa lapar memiliki banyak manfaat, tetapi pada prinsipnya manfaat lapar itu, setidaknya ada 7 tujuh, yaitu :

1) Menjernihkan hati dan menajamkan penglihatannya, karena kenyang menyebabkan kedunguan dan membutakan hati.
Nabi SAW. Bersabda : مَنْ أَجَاعَ بَطْنَهُ عَظُمَتْ فِكْرَتُهُ وَفَطِنَ قَلْبُهُ

Artinya :”Barang siapa menjadikan perutnya lapar, maka pikirannya menjadi hebat dan hatinya menjadi cerdas.” Kiranya telah menjadi jelas, bahwa kunci kebahagiaan adalah ma’rifat, sementara kema’rifatan tidak akan tercapai, kecuali dengan kejernihan hati.
Itulah sebabnya, maka lapar dapat mengetuk pintu surga.

2) Kepekaan dan kelembutan hati, sehingga dia dapat merasakan kenikmatan bermunajat dan mudah tersentuh oleh dzikir dan ibadah.
Imam Al-Junaid berkata:
”salah seorang di antara kalian akan dapat merasakan manisnya munajat, bila mampu mengosongkan antara diri dan hatinya dari kerasukan makan.” Bukan hal yang samar lagi bagi anda, bahwa kondisi hati, seperti rasa cemas dan takut, kelembutan, munajat, dan meleburnya hati oleh wibawa ALLAH, merupakan kunci-kunci pembuka pintu surga, sekalipun di atasnya masih ada pintu ma’rifat dan lapar sebagai pengetuk pintu itu.

3) Kerendahan hati serta lenyapnya kesombongan dan kezaliman yang ada di dalamnya. Tidak ada sesuatu yang dapat mematahkan nafsu melebihi rasa lapar. Kezaliman menyebabkan lupa kepada Allah ta’ala dan menjadi pintu gerbang menuju neraka jahim dan sumber kesengsaraan, sedangkan lapar akan menutup pintu ini. Dengan tertutupnya pintu kesengsaraan berarti pintu kebaikan menjadi terbuka. Itulah sebabnya ketika Nabi SAW. Ditawari harta benda duniawi,
beliau menjawab: لاَ بَلْ أَجُوْعُ يَوْمًا وَأشْبَعُ يَوْمًا , فَإِذَا جُعْتُ صَبَرْتُ , وَتَضَرَّعْتُ , وَ إِذَا شَبِعْتُ شَكَرُتُ .

Artinya : “Tidak, aku ingin lapar seharian dan kenyang sehari. Bila sedang lapar, aku menjadi sabar dan khusuk. Bila sedang kenyang, aku bersyukur.”

4) Ujian atau cobaan, yang baik ataupun yang buruk itu, termasuk pintu-pintu menuju surga. Karena di dalamnya dapat disaksikan rasanya siksaan, sehingga dengan itu semakin besar rasa takut terhadap siksaan, sehingga dengan itu semakin besar rasa takut terhadap siksaan akhirat. Manusia tidak dapat menyiksa dirinya sendiri dengan sesuatu seperti rasa lapar, karena ia tidak perlu bersusah payah untuk melakukannya. Disamping itu, rasa laparjuga terkait dengan manfaat-manfaat lain. Sehingga ia akan selalu menyaksikan ujian Allah Ta’ala secara terus menerus.

5) Mematahkan nafsu syahwat yang mendorong untuk melakukan maksiat. Ini merupakan manfaat paling besar dari rasa lapar. Lapar akan mempu menguasai nafsu yang cenderung mengajak kepada perbuatan buruk serta mematahkan keinginan-keinginan lain yang menjadi sumber maksiat.
Ali r.a : “Tidaklah aku merasa kenyang sama sekali, malainkan aku berbuat maksiat atau ingin melakukannya.”

Aisyah r.a berkata: ”Bid’ah pertama yang terjadi setelah Rosulullah SAW wafat adalah rasa kenyang. Sesunguhnya bila perut manusia kenyang, maka nafsu mereka akan tergiur kepada kesenangan duniawi.”

6) Meringankan beban untuk melakukan sholat tahajjud dan ibadah, hilangnya keinginan tidur yang dapat mencegah ibadah. Salah satu modal kebahagiaanadalah umur. Banyak tidur berarti mengurangi umur, karena mencegah diri dari ibadah. Pada prinsipnya banyak makan, menjadi penyebab banyaknya tidur.
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata :
“Barang siapa merasa kenyang, maka timbul enam macam akibat negatif, yaitu:hilangnya kenikmatan ibadah; tak akan dapat mempertahankan hikmah;terhalangnya ras sayang kepada sesama makhluk, karena ketika seseorang merasa kenyang ia menganggap semua orang kenyang; keinginan nafsu semakin meningkat; dan ketika orang-orang mukmin berjalan menuju masjid, ia malah berjalan menuju tempat sampah yang hina.”

7) Beban biaya hidup menjadi ringan dan bersikap qana’ah atau merasa puas dengan harta dunia yang dimilikinya sekalipun hanya sedikit, dan memungkinkan timbulnya sikap lebih suka memilih kemiskinan.

Karena barang siapa yang terbebas dari keserakahan nafsu perutnya, ia tidak memerlukan harta yang banyak. Sehingga keruwetan dan kesusahan memikirkan urusan dunia, menjadi sirna. 

Bila ia ingin berhutang hanya untuk memenuhi keinginan nafsu perutnya, maka ia akan berhutang pada dirinya sendiri, maka akan lebih baik meninggalkan keinginan syahwaynya. Pernah dikatakan kepada ibrahim bin Adham rahimahullah mengenai suatu barang yang mahal harganya, maka Ibrahim menjawab: “Ringankan diri kamu dengan membersihkan diri dari padanya.”

Sumber: http://djoe-sharing.blogspot.co.id/2011/08/rahasia-lapar.html

Monday, April 11, 2016

The Known Universe

Asal Usul Kejadian Alam Semesta Menurut Al-Quran







 

Makhluk Bumi Sebelum Manusia

 

 

Heboh, Ilmuwan Jerman Ungkap Misteri Bentuk Alam Semesta seperti Terompet Sangkakala


 

 

 

Wednesday, April 6, 2016

Hakekat Ikhlas

Secara bahasa kata ikhlas berasal dari bahasa Arab: (خَلَصَ – خُلُوصاً - خِلاَصاً) yang artinya murni, tiada bercampur, bersih, jernih.[1] Ikhlas secara bahasa berbentuk mashdar, dan fi’ilnya adalah akhlasha. Fi’il tersebut berbentuk mazid. Adapun bentuk mujarrad-nya adalah khalasha. Makna khalasha adalah bening (shafa), segala noda hilang darinya. Jika dikatakan khalashal ma’a minal kadar (air bersih dari kotoran), artinya air itu bening.

Jika dikatakan dzahaban khalish (emas murni) artinya emas yang bersih tidak ada noda di dalamnya. Dalam hal ini, emas tidak dicampuri oleh partikel lain seperti perunggu dan lain sebagainya.[2] Ikhlas adalah menyaring sesuatu sampai tidak lagi tercampuri dengan yang lainnya. Kalimatul ikhlas adalah kalimat tauhid yaitu laa ilaaha illallah. Surah  ikhlas adalah surat qul huwallahu ahad, yaitu surat tauhid.

Ruh merupakan jagat spiritualitas

Menurut sebagian ahli tasawuf ‘jiwa’ adalah ‘ruh’ setelah bersatu dengan jasad, penyatuan  ruh dengan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap  ruh. Sebab dari pengaruh-pengaruh ini muncullah kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun oleh ruh.[1] Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa jiwa merupakan subjek dari kegiatan “spiritual”. Penyatuan dari jiwa dan ruh itulah untuk mencapai kebutuhan akan Tuhan. Dalam rangka untuk mencerminkan sifat-sifat Tuhan dibutuhkan standarisasi pengosongan jiwa, sehingga eksistensi jiwa dapat memberikan keseimbangan dalam menyatu dengan ruh.

Jiwa sebagaimana yang telah digambarkan oleh seorang tokoh sufi adalah suatu alam yang tak terukur besarnya, ia adalah keseluruhan alam semesta, karena ia adalah salinan dari-Nya, segala hal yang ada di dalam alam semesta terjumpai di dalam jiwa, hal yang sama segala apa yang terdapat di dalam jiwa ada di alam semesta, oleh sebab inilah, maka ia yang telah menguasai alam semesta, sebagaimana  juga ia yang telah diperintah oleh jiwanya pasti diperintah oleh seluruh alam semesta.[2]

Pengendalian Nafsu menurut Imam Al-Ghazali

Imam Ghazâlî mengetengahkan konsep pengendalian syahwat dapat dilacak di antaranya dalam kitab Ihyâ’ Ulûm al-Dîn pada Juz ketiga, yang dimulai pada halaman 77 (tujuh puluh tujuh) sampai dengan 104 (seratus empat). Halaman yang ditunjuk ini merujuk pada kitab yang kebetulan ada ditangan penulis terbitan Dâr al-Ihyâ’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, tanpa tahun terbit. Karena itu halamannya mungkin berbeda dengan terbitan yang lain.

Menurut Ghazâlî,
Perut itu pada hakekatnya adalah sumber segala nafsu syahwat dan tempat tumbuhnya segala penyakit dan bencana. Karena nafsu syahwat perut diikuti oleh nafsu syahwat farji dan kuatnya nafsu syahwat kepada wanita-wanita yang dikawini. Kemudian nafsu syahwat makanan dan perkawinan diikuti oleh kuatnya keinginan kepada kedudukan dan harta yang keduanya itu menjadi perantara kepada perluasan dalam wanita-wanita yang dikawini dan makanan-makanan.[1]

Menurut Ghazâlî, sumber segala dosa adalah syahwat perut, dan dari situlah timbul syahwat kemaluan. Karena itulah, Adam as. melanggar larangan Allah sehingga dikeluarkan dari surga, dan itulah yang menyebabkan seseorang mencari dunia dan menyukainya.

Tuesday, April 5, 2016

Mengendalikan Nafsu Dengan Bijak

Menilai Diri Sendiri

Sahabat dunia islam, Selain akal, manusia juga dibekali hawa nafsu. Nafsu ibarat mesin yang selalu mendorong manusia untuk melakukan sesuatu, sementara akal ialah tali kekang untuk mengontrol dan mengendalikan keinginan tersebut. Kedua hal ini mesti dijaga keseimbangannya. Memenangkan salah satu keduanya akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Manusia akan menjadi benda mati bila tidak memiliki nafsu dan sebaliknya, dia dapat berubah menjadi mesin penghancur jika akal sudah hilang di dalam dirinya.

Kata Imam Ghazali, Nafsu Itu Seperti Kuda


islampos.com—IMAM Ghazali memberi perumpamaan menarik buat nafsu. Nafsu seperti kuda. Banyak sisi positif dari kuda. Di antaranya, bisa dikendarai, mengangkut beban, hiasan, dan lain-lain. Dengan catatan, harus bisa dikendalikan. Jika tidak, kuda menjadi liar. Jangankan dikendarai, didekati pun bisa tergolong berbahaya.
Kedua, mudah terpengaruh lingkungan. Perumpamaannya mirip seperti anak kecil. Ia belum punya prinsip. Belum bisa membedakan mana baik dan buruk. Mana yang aman dan berbahaya. Ketertarikan dan keterpautannya selalu tertuju pada yang menarik, lain dari yang lain.

Bayangkan jika nafsu yang seperti anak kecil diberikan tugas mengambil keputusan. Ia akan kebingungan. Saat itulah, ada faktor luar yang menuntun sang nafsu menentukan pilihan. Siapa lagi si faktor luar kalau bukan setan.

Mengendalikan Kuda Liar Bernama Nafsu!

Nafs atau nafsu dalam pandangan sufi ibarat kuda liar di dalam diri manusia yang harus dikendalikan.Shah Syahidullah Faridi di dalam essaynya “Psikologi Spiritual Islam” yang dikutip oleh KaptenW.B. Rabbani mengilustrasikan (redaksional ...diubah):

Sebagai kuda liar, nafsu harus kita kendarai untuk menyelesaikan perjalanan kehidupan duniawi kita. Sebagai perbandingan atau ibarat, kuda adalah perbandingan yang tepat. Karena seekor hewan yang belum dijinakkan adalah kekuatan yang liar dan tidak terkontrol. Jika dibiarkan berkelana ke tempat-tempat yang ia sukai dan melakukan apa yang ia inginkan, maka akibatnya tak lain adalah pergolakan dan kehancuran. 

Membuka hijab ruh suci dalam diri dengan 'istighfar'

"Dan manusia bertanya kepadamu tentang ruh.. katakanlah ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.      (QS. Al Isra; : 85).

Selanjutnya Allah menjelaskan dalam ayat lainnya : 

"Apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan ruhKu, maka hendaklah kamu tersungkur sujud kepadanya". ( QS Shad : 72 )

Karena itulah, dalam proses penciptaan Adam as, setelah ditiupkan ruhNya, malaikatpun sujud kepadanya. “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka semua kecuali Iblis ; ia enggan dan takabbur dan ia adalah termasuk orang-orang yang kafir  ( QS.Al Baqarah : 34 )

Sujudnya Malaikat kepada Adam (manusia), karena dalam diri manusia yang telah disempurnakanNya sebenarnya mengandung Zat Tuhan atau “Energi Ilahiyah” – yaitu yang disebut “ruh Ku” dalam surat Shad ayat 72, bukan kepada sifat kemanusiannya. Kita sebagai keturunan Adam as juga diberikan ruhNya. 

Ternyata Tidak ada yang 100% Lolos Ujian TAUHID.. Why..??

Kita mau belajar lagi tentang TAUHID. Ini penting banget, asli sangat penting untuk kita pelajari bersama. Kalau bahasa saya hukumnya wajib. Sebab dengan belajar TAUHID inilah kita akan membuka satu demi satu tirai hikmah kehidupan.

Selain itu dengan tauhid inilah kita belajar keyakinan. Belajar ketangguhan. Belajar bertahan dan tetap ber Tuhan.. Dan dengannya menjadi satu wasilah hidup kita lebih terarah menuju kesuksesan dan kebahagiaan baik dunia maupun akherat.

Amiin..


Kaya Modal DOA Sudah Biasa, yang ini Kaya Modal Yakin

Kaya modal DOA itu sudah biasa. Maksudnya ya pasti terkabul asalkan kita doanya bener-bener doa. Namun ada kaya modal pengin, modal mbayangin, modal yaki. Gak perlu doa apalagi dhuha dan sedekah. Emang bisa? Faktanya banyak yang bisa kok. Naah kita mulai bahasan menarik ini dengan mengurai tentang kaya modal DOA. Bisakah...?

Kita mulai dengan sebuah pertanyaan sbb,

"Apakah sesederhana itu..? Yakni ketika pengin kaya, menginginkan karier yang bagus, menginginkan beli rumah, kendaraan, uang, properti dan lain sebagainya hanya modal DOA, modal dhuha dsb..?"

Jawab: Yap, memang sederhana kok..

"Tapi kenapa banyak yang sudah melakukannya namun hidup malah semakin banyak cobaan..?"

Jawab: Masalahnya adalah anda yakin nggak sama Allah ketika berdoa. Yakin nggak kalau Allah bakalan ngabulin. Nah ini clue nya.



Rahasia Membangkitkan Kekuatan dahsyat di balik jasad

"Lalu Ia sempurnakan kejadiannya, Ia tiupkan pada sebagian dari RuhNya dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”. (QS As Sajdah: 9)

"Pah, dedek jatuh dari meja, kepalanya sampai berdarah, Pulang Pah, dedek berdarahnya banyak banget"

Bagai di sambar petir Pak Adi mendengar berita dari istrinya yang mengabarkan bahwa anaknya jatuh. Tanpa peduli keadaan kantornya waktu itu yang sedang sibuk-sibuknya closing sales, Pak Adi langsung saja turun dari lantai 7 ke basement untuk ambil motornya dan hendak pulang..

Pak Adi panik dan sangat khawatir. Si Alfa anak semata wayangnya yang berumur 2.5 tahun jatuh sampai berdarah-darah. Jelas Pak Adi sangat khawatir.

Buru-buru dia ambil motornya dan langsung tancap gas................................

APAKAH RUH ITU ?

Roh merupakan sumber energi kehidupan jasad manusia. Jika roh bersatu dengan jasad, maka jasad menjadi hidup. Apabila roh meninggalkan jasad, maka jasad itu akan mati. Roh merupakan benar-benar rahasia Allah SWT yang hanya sedikit manusia diberikan pengetahuanya.

Iman Ghozali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin menerangkan tentang roh: ‘roh mempunyai dua pengertian: roh itu adalah bagian dari jasad manusia, yaitu suatu zat yang sangat halus yang bersumber dalam ruangan hati (jantung), menjadi pusat dari semua aliran pembuluh darah yang menyebar ke seluruh bagian tubuh manusia. Karenanya manusia dapat hidup dan bergerak, dapat merasakan berbagai perasaan, dengan mata dapat melihat, dengan telinga dapat mendengar, dan dengan hidung dapat mencium, dan dengan otak dapat berpikir.

MENGENAL RUH SEJATI

Kehidupan batin manusia ibarat gunung es: 1/3 bagian nongol ke permukaan laut, sedang 2/3 lainnya tak kelihatan, tersembunyi di bawah permukaan air”.
 
Misalnya ??? 

Kita sering tertarik pada seseorang. Tapi kita tak bisa menerangkan kenapa, hal apa yang menyebabkan timbulnya perasaan semacam itu. Atau suatu ketika, tiba-tiba muncul suatu perasaan tidak enak, gelisah, hingga jantung pun berdebar-debar. Kita tak mampu menjelaskan, kenapa demikian. Tahu-tahu beberapa saat, atau beberapa hari setelah itu, kejadian tak diinginkan betul-betul menimpa. Dari kondisi semacam itu terbukti, kekuatan bawah sadar dalam diri kita sedang bekerja.

Carilah hatimu di tiga medan!


Al-Imam Ibnu Al-Qayyim berkata 
dalam Al-Fawaid :


 “Carilah hatimu di tiga medan... ; 

 ketika anda membaca al-Quran, 

 ketika berada dalam majelis zikir (ilmu),


 dan pada saat berkhulwah menyendiri. 

 Jika anda tidak menemukannya dalam tiga medan ini, maka mintalah kepada Allah (SWT) supaya memberikan kamu hati karena sesungguhnya anda tidak memiliki hati".


Berhubungan dengan ALLAH, Cara Syariat & Hakikat




CARA HAKIKAT:

Selain dari cara syariat dan cara tarikat,terdapat satu lagi untuk merapatkan hubungan antara hamba dan tuhannya iaitu cara jalan hakikat.Cara hakikat merupakan cara yang ketiga iaitu satu cara mendalami ilmu hakikat dengan menyelami dan mengenali diri sendiri, yang merupakan satu-satu jalan yang dilalui oleh Wali - Wali Allah, Ariffinbillah dan Para Aulia.

Hakikat “Diri “ Manusia yang sebenarnya

Hakikat “Diri “ Manusia 
( Ditinjau dari sudut pandang Dunia Barat dan sudut pandang Islam )
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbauran kebudayaan antar bangsa telah mempengaruhi pola pandang atau sudut fikir umat Islam tentang Hakikat manusia itu sendiri. Karena Islam adalah agama yang Universal dan ajarannya dapat diterima pada setiap waktu/decade, sangat memungkinkan terjadinya dualisme pandangan yang prinsipil. Sebagai contoh, apabila kita bertanya pada beberapa orang tentang apa itu jiwa?apa itu Ruh?apa itu nyawa?apa itu nafsu ? apa itu fikiran? Apa itu nafsh ? pasti akan kita dapati banyak jawaban yang berbeda. Sebagai bahan acuan kita coba mengambil beberapa pendapat dari para ahli yang telah mendalami dan meneliti mengenai keterkaitan antara jiwa, ruh dan tubuh kasar/jasad manusia itu.

Malaikat Diri & Manusia

Malaikat, apa dan bagaimana ?

Istilah Malaikat telah dikenal oleh hampir semua umat beragama didunia ini, istilah tersebut bisa dijumpai didalam banyak ayat pada Kitab-kitab suci yang ada. Katakanlah misalnya seperti Kitab suci agama Budha Kuan Shi Yin Tsing, kitab Perjanjian Lama, kitab Perjanjian Baru maupun kitab suci al-Qur'an.

Peranan Ruh Dalam kehidupan Modern

Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun melalui kitab suci-NYA telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendengarkan suara hati nuraninya. Mengajarkan manusia untuk dapat memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang tertanam dalam hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam " built in" percikan sifat-sifat "Illahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan.


Diantara sifat-sifat mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta dan kasih sayang, bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya.

Karena itu sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.