Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa
Allah ta’ala berfirman yang artinya “setiap amalan manusia adalah untuknya
kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.” Riwayat ini menunjukkan bahwa
setiap amalan manusia adalah untuknya, sedangkan amalan puasa, Allah khususkan
untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.
Kenapa Allah menyandarkan amalan
puasa untuk-Nya???
Alasan pertama,
karena didalam
puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini
tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah
meninggalkan jima’ dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk
kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan
ibadah shalat. Dalam shalat kita memang dituntut untuk meninggalkan makan dan
minum. Namun itu terjadi dalam waktu yang sangat singat. Bahkan ketika hendak
shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan
tersebut, kita dianjurkan untuk menyantapnya dan boleh menunda shalat ketika
dalam kondisi demikian.
Jadi dalam amalan puasa terdapat
bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan
lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua seperti meninggalkan hubungan
badan dengan istri dan meninggalkan makanan dan minuman ketika berpuasa dan dia
meninggalkan semua itu karena Allah Swt, padahal tidak ada yang memperhatikan
apa yang dia lakukan tersebut selain Allah Swt, maka ini menunjukkan benarnya
iman orang yang melakukan ibadah semacam ini. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu
Rajab, ‘inilah yang menunjukkan benarnya
iman orang tersebut’. Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu
menyadari bahwa dia berada di dalam pengawasan Allah meskipun dia sendirian.
Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia
lebih suka menaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
karena takut pada siksaan dan selalu
mengharap ridha dan pahala-Nya. Sebagian
salaf mengatakan, ‘beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di
hadapannya karena mengharap janji Rabb yang tidak nampak di hadapannya”. Oleh
karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun
mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding dengan amalan-amalan
lainnya.
Alasan kedua,
puasa adalah rahasia
antara seorang hamba dan Rabbnya yang
tidak ada orang lain yang mengetahuinya.
Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya
dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh
karena itu Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “dalam puasa sulit sekali
terdapat riya’. Dari dua alasan inilah Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya
berbeda dengan amalan lainnya.
sumber;