"Dan manusia bertanya kepadamu tentang ruh.. katakanlah ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. Al Isra; : 85).
Selanjutnya Allah menjelaskan dalam ayat lainnya :
"Apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan ruhKu, maka hendaklah kamu tersungkur sujud kepadanya". ( QS Shad : 72 )
Karena itulah, dalam proses penciptaan Adam as, setelah ditiupkan ruhNya, malaikatpun sujud kepadanya. “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka semua kecuali Iblis ; ia enggan dan takabbur dan ia adalah termasuk orang-orang yang kafir ( QS.Al Baqarah : 34 )
Sujudnya Malaikat kepada Adam (manusia), karena dalam diri manusia yang telah disempurnakanNya sebenarnya mengandung Zat Tuhan atau “Energi Ilahiyah” – yaitu yang disebut “ruh Ku” dalam surat Shad ayat 72, bukan kepada sifat kemanusiannya. Kita sebagai keturunan Adam as juga diberikan ruhNya.
Ruh yang diturunkan Allah kepada tanah yang diberi rupa adalah berasal dari tiupan Ilahi yang suci, yang membawa misi memelihara serta mengendalikan bumi (khalifah).
Namun, ketika pikiran dan perasaan manusia, mengikuti bisikan qalbunya yang sakit serta hawa nafsunya yang tidak terkendali, maka “unsur yang sangat mulia” itu mulai terbungkus, sehingga kualitas insan mengalami degradasi.
Akhirnya kesadaran dirinya jatuh kedalam lumpur tanah, sehingga ruh suci itu tampak gelap dan tidak bersinar. Ia tidak mampu mengendalikan tubuhnya, sehingga yang mengendalikan tubuhnya adalah setan. Tinggallah kini, ruh tak dapat berbuat apa-apa. Setanlah yang menggantikan kedudukan nurani sebagai pengendali pikiran, perasaan, dan bathin manusia.
Dengan demikian, yang mengendalikan pikiran dan tubuh bukan kesadaran jiwa, akan tetapi dorongan-dorongan seperti rasa lapar, rasa haus, seks, rasa marah, dan malas. Semua itu timbul karena aktivitas tubuh.
“…tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpaannya seperti anjing” (QS. A’Raf : 176).
Inilah yang dinamakan jiwa yang mengikuti nafsu binatang.
Pada kondisi seperti inilah RUH berada dilubuk hati yang paling dalam, seolah ruh berada jauh didasar sekali. Ini menunjukkan ruh tidak dapat melakukan tugasnya sebagai utusan Allah , yang mengatur anggota tubuhnya dengan sinar keilahian untuk menata kehidupan sesuai dengan fitrah ilahi.
Secara hakekat, Ruh suci inilah Al qur’an sejati yang tidak tertulis dengan tinta dan tidak berupa suara, sehingga keabadian firmanNya tetap terjaga karena tersimpan dalam kalam yang suci…..
Sesungguhnya.. Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim ( QS : Al-Ankabuut 29:49 ).
Manusia harus berjuang menemukan kembali unsur yang akan menjadikannya sebagai makhluk yang paling mulia di alam semesta. Jika manusia belum mengenal ruhnya, kedudukan manusia sama seperti hewan, yang memiliki kesadaran jiwa yang rendah.
...Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, atau bahkan lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu. (QS.Furqan : 44)
Pada kondisi ini sifat-sifat manusia sangat didominasi oleh sifat-sifat hewani, yaitu : makan, minum, tidur, seks dan egois. Dominasi ego dan nafsu sangat kuat mempengaruhi kehidupan manusia.
Ego adalah produk pikiran (alam akal). Manusia dengan kesadaran rendah masih belum mampu melakukan kontrol terhadap panca indera yang dimilikinya, sehingga dia pun tidak dapat melakukan kontrol terhadap egonya.
Apabila hati telah dikuasai Ego, maka dapat dipastikan manusia tersebut tidak akan dapat mendengar suara Rabbnya. Suara/Petunjuk Allah hanya dapat didengar atau diketahui manusia melalui alam rasa (hati nurani). Karena itu, pada kenyataanya banyak manusia yang hatinya telah diselubungi oleh ego beranggapan bahwa suara ego tersebut adalah suara/petunjuk Tuhan yang diberikan pada dirinya.
Kekeliruan manusia yang menganggap ego sebagai petunjuk Allah akan timbul akibat sebagai berikut :
1. Munculnya sifat serakah, mau menang sendiri, merasa paling suci, sombong dll
2. Hatinya tidak akan merasakan tenang dan damai. Karena ego tidak mengenal batasan “cukup”, hingga hidupnya selalu dipenuhi dengan kecemasan.
3. Merasa hidupnya selalu dipenuhi oleh berbagai masalah, bahkan rahmat Allah pun seringkali dirasakan sebagai masalah, dan sulit untuk bersyukur pada kehendak Allah swt.
Pikiran dan perasaannya selalu dihantui oleh rasa takut yang tak berkesudahan, takut ditinggal oleh Tuhan-tuhan palsu yang telah hidup dalam hatiNya.
Manusia yang RUHnya masih terselubung (masih rendah kesadarannya), melaksanakan ibadah hanya karena mengejar pahala, menggapai surga dan takut akan neraka. Seluruh pelaksanaan ibadah dilaksanakan hanya terbatas pada pelaksanaan hukum-hukum, rukun, dan belum menyentuh maknanya. Karena itu, kebanyakan manusia yang berkesadaran rendah pada akhirnya, disadari atau tidak, akan menjadikan hukum-hukum syariat sebagai tuhan-tuhan palsu dihatinya ” yang mereka sembah sebenarnya adalah ajarannya bukan Allah swt sebagai pencipta dan pemilik ajaran-ajaran itu sendiri “.
Kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa beribadah sebenarnya bukanlah bertujuan mengejar pahala, tetapi sebagai training/latihan untuk mencapai derajat taqwa atau kesejatian diri yang sesungguhnya, sehingga menjadi manusia yang mampu menjalankan hidup didalam pimpinan ruh yang hidup.
Untuk dapat meningkatkan kualitas kesadaran rendah menjadi kualitas kesadaran yang lebih tinggi, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah menurunkan dominasi ego yang ada dalam diri kita. Apabila ego sudah tidak menguasai hati, maka suara hati merupakan suara/petunjuk dari Allah, dapat didengar dengan jelas.
Selanjutnya, yang bertindak sebagai pengendali tubuh adalah jiwa yang berserah kepada Allah (mukhlisin).
Allah menggambarkan, setan pun tidak mampu menjangkau keadaan jiwa yang berserah diri kepada Allah :
“Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka” (QS Shad: 82-83).
Jelas sudah ruh merupakan pimpinan bagi jasad dan jiwa.
Lalu sudahkah hidup kita dipimpin oleh ruh yang hidup ? Maka penyingkapan misteri ruh merupakan langkah awal yang harus kita lakukan.
Lalu bagaimana caranya membuka hijab atau tabir ruh ?
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menyibak hijab ruh.
Terapi Istighfar , suatu lembaga kajian hikmah dan dzikir yang menggiring ummat untuk memiliki kesadaran akan pentingnya ruh suci, yang merupakan zat tuhan yang ada pada diri kita sebagai pemimpin jasad dan jiwa dalam menjalankan hidup dan kehidupan.
Pada tahap awal,
ruh suci (zat tuhan) yang terhijab dalam selubung qalb dan nafs harus dibuka tabirnya, membuka hijab versi Terapi Istighfar diistilahkan dengan sebutan “ waris ” dengan terbukanya tabir ruh, maka RUH akan kembali menjalankan fungsinya sebagai “ unsur yang mulia ” yaitu bersifat Energi Ilahiyah. Energi Ilahiyah ini bukan saja berfungsi sebagai “ zat hidup ”, namun juga sebagi energi yang memberikan kehidupan. pada tahap selanjutnya, Energi Ilahiyah ini kemudian diselaraskan dengan energi alam semesta (energi sunatullah).
Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah membuka tabir “ruh” adalah :
1. Membantu menyelaraskan alam akal dan alam rasa lewat praktek dan latihan di Terapi Istighfar. Apabila alam akal dan alam rasa telah terbiasa dalam keadaan selaras, maka prilaku seseorang tidak lagi dikuasai/dikontrol oleh ego.
2. Sebagai problem solving, dimana energi ilahiyah (zat tuhan) dalam diri dapat digunakan untuk upaya pengobatan bagi diri sendiri maupun orang lain, secara lahir maupun bathin.
3.Meningkatkan kekhusyu’an dalam beribadah.
4.Membersihkan hati sebagai tempat bersemayamnya Zat Allah ada pada tubuh manusia melalui praktek/latihan (lewat dzikir, meditasi, khalwat, dll) Hal ini akan meredam timbulnya sifat-sifat negatif manusia.
5.Menambah tingkat keimanan kepada Allah, dengan belajar dan terus belajar berserah diri kepadaNya lewat pasrah, ikhlas dan syukur. Senang, susah, suka, duka, rindu dan cinta, bukan karena dirinya, bukan pula karena dunianya, tetapi semuanya lillahi ta’ala (karena Allah).
Namun semua manfaat tersebut tidaklah serta merta didapat begitu saja setelah RUH dibuka tabirnya, melainkan semua itu butuh proses dan juga izinNya.
Katakanlah :
Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan Kau beri kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki Dan Kau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki Kau muliakan orang dari orang yang Engkau kehendaki Dan Kau hinakan orang yang Engkau kehendaki Ditangan Engkaulah segala kebaikan Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu Engkau masukkan malam kedalam siang Dan Engkau masukkan siang kedalam malam Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati;
Dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup Dan Engkau beri rizki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan Mudah-mudahan kami termasuk orang-orang yang Kau sukai Amin Ya Rabb…
Allahu Akbar (3x)… Lillahi Ta’ala
Terapi Istighfar untuk memperbaiki syahadatnya, dan membuka hijab RUH nya, agar RUHnya menjadi pemimpin bagi jasad dan jiwanya dan menjadi manusia yang mampu menjalankan hidup didalam pimpinan ruh yang hidup, untuk mencapai ma’rifatNya.
sumber;
https://alifbraja.wordpress.com/2012/10/11/membuka-hijab-ruh-suci-dalam-diri-dengan-istighfar/