Sang
murid bercerita, "Kemudian aku pergi hingga tiba di negeri yang dituju.
Aku menanyakan keberadaan orang tersebut. Mereka menunjukkan sebuah
rumah yang menunujukkan di tempati seorang raja. Aku terheran-heran
melihatnya. Lalu aku meminta izin untuk menemui orang tersebut.
Seseorang memberi tahu bahawa ia sedang menemani raja. Aku semakin
herann. Tak lama berselang, ia datang dengan memakai pakaian yang sangat
bagus dan kereta yang indah. Penampilannya laksana seorang raja.
Keadaan itu membuatku semakin heran. Sempat terdetik dalam hatiku untuk
kembali dan tidak menemuinya. Namun, aku tidak mahu menentang amanat
guruku. Kemudian, aku meminta izin untuk masuk. Dan ia mengajakku masuk.
Setibanya di dalam rumah, aku semakin takjub melihat banyaknya budak
dan pelayan.
Lalu aku berkata kepadanya, "Saudaramu, Fulan, mengirimkan salam kepadamu?"
Ia balik bertanya,"Engkau dari sana?!"
"Ya."
"Kalau
kau pulang nanti, tanyakan kepadanya, "Sampai bila kau menyibukkan diri
dengan dunia? Sampai bila kau mengejar dunia? Dan sampai bila kau
memelihara keinginanmu terhadap dunia?"
Mendengar ucapan, demi Allah aku semakin heran. Ketika pulang ke tempat guruku, ia bertanya,"Engkau sudah bertemu dengan Fulan?"
"Ya."
"Apa yang ia katakan kepadamu?"
"Tidak ada."
"Namun
ia berkata,"Pasti ia berpesan sesuatu untukku." Akhirnya, aku
menyampaikan kepadanya ucapan wali tersebut. Mendengar itu, Syeikh
menangis lama, lalu berkata,"Saudaraku itu memang benar. Allah telah
membersihkan kalbunya dari dunia sehingga hanya ada di tangannya, tak
berbekas di hatinya. Sementara, aku mengambilnya dari tangan dan hatiku
masih menginginkannya."
Pertanyaan sebahagian sahabat kpd Rasulullah s.a.w. dalam Hadis Nabi sebagai berikut:
"Siapakah
wali-wali Allah yang tidak takut dan gundah? Nabi s.a.w menjawab: Ialah
orang-orang yang selalu memperhatikan bathin dunia pada ketika manusia
memperhatikan lahiriah dunia. Dan mereka itu pula mementingkan lahiriah
dunia pada ketika ummat manusia mementingkan dunia di waktu sekarang."
Dari Hadis ini.., bahwa wali-wali Allah meskipun mereka memegang dunia, apakah mereka merupakan sebagai raja atau seorang yang kaya, mereka itu tidak melihat kepada lahiriah dunia, tetapi mereka melihat kepada bathin dunia itu dan hakikatnya. Sebab mereka mengetahui, bahawa dunia itu tidak abadi, tetapi hanya sebentar sahaja. Sedangkan yang abadi adalah faedah yang mereka dapatkan daripada menempatkan dunia itu pada tempatnya dalam erti 'sebagai alat untuk mencari keredhaan Allah s.w.t'
Berlainan
dengan manusia biasa, mereka berlumba-lumba mencari keuntungan dunia
sekarang juga tanpa memikirkan keridhaan Allah pada pekerjaannya itu.
Sedangkan wali-wali Allah melihat kepada penglihatan yang jauh, yakni
masa-masa setelah kita berpisah dengan dunia yang fana', mulai dari alam
barzakh hingga sampai ke alam akhirat yang kekal lagi baqa.
Isi surat dari Sayidina Ali kpd Salman Al-Farisi:
"Dunia itu adalah seumpama ular, lembut sentuhannya, tetapi bisanya mematikan, maka berpalinglah anda dengan menjauhkan diri dari semua sesuatu yang menimbulkan kekaguman anda padanya (dunia) kerana (akan menjadi) sedikit sesuatu yang menyertai anda dari (bahaya) dunia itu."
Kalimat Saiyidina Ali ini merupakan peringatan kepada Salman Farisi pada khususnya dan ummat Islam pada umumnya tentang hakikat pangkat keduniaan. Bukan tidak boleh kita menduduki pangkat keduniaan itu, tetapi beliau memperingatkan supaya pada kita ada ketahanan mental atau ketahanan bathin, sehingga kita dapat mengendalikan pangkat keduniaan itu demi untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat. Apabila ketahanan mental atau bathin kita tidak ada dalam diri kita, maka kita akan terpengaruh dari kekaguman kita terhadap dunia yang sedang kita pegang.
Oleh sebab itu maka keimanan kepada Allah s.w.t yang kuat dan mantap adalah sangat diperlukan, sehingga kesusahan dunia dengan segala kepahitannya dapat diatasi, kerana pangkat dunia yang sedang kita hadapi ini adalah berjalan atas niat yang baik, yakni mencari keredhannya dalam erti yang luas.
"Dunia itu adalah seumpama ular, lembut sentuhannya, tetapi bisanya mematikan, maka berpalinglah anda dengan menjauhkan diri dari semua sesuatu yang menimbulkan kekaguman anda padanya (dunia) kerana (akan menjadi) sedikit sesuatu yang menyertai anda dari (bahaya) dunia itu."
Kalimat Saiyidina Ali ini merupakan peringatan kepada Salman Farisi pada khususnya dan ummat Islam pada umumnya tentang hakikat pangkat keduniaan. Bukan tidak boleh kita menduduki pangkat keduniaan itu, tetapi beliau memperingatkan supaya pada kita ada ketahanan mental atau ketahanan bathin, sehingga kita dapat mengendalikan pangkat keduniaan itu demi untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat. Apabila ketahanan mental atau bathin kita tidak ada dalam diri kita, maka kita akan terpengaruh dari kekaguman kita terhadap dunia yang sedang kita pegang.
Oleh sebab itu maka keimanan kepada Allah s.w.t yang kuat dan mantap adalah sangat diperlukan, sehingga kesusahan dunia dengan segala kepahitannya dapat diatasi, kerana pangkat dunia yang sedang kita hadapi ini adalah berjalan atas niat yang baik, yakni mencari keredhannya dalam erti yang luas.
http://cahayamukmin.blogspot.com/2009/06/pandangan-wali-allah-tentang-dunia.html