Daya
manusia yang pertama kali mendapatkan perhatian adalah daya spiritual
(ruh). Mengapa demikian ? Karena dialog yang pertama dilakukan oleh
Allah Swt terhadap calon manusia ketika masih didalam rahim seorang ibu
adalah tentang perkenalan diri Allah Swt sebagai tuhan. Dalam hubungan
ini, yang mampu menangkap makna dialog tersebut adalah daya spirit atau
ruh. Pemahaman seorang calon manusia terhadap dialog tersebut melahirkan
suatu transaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Swt.
Untuk
mempertahankan nilai ketuhanan yang diperoleh ketika masih dalam
kandungan itu diproteksi oleh kekuatan wahyu Al-Qur’an agar nilai
ketuhanan yang ada pada diri manusia tidak bias. Berkat kasih sayang
Allah Swt agar manusia tetap selamat dan senantiasa dalam koridor
petunjuk-Nya, maka wahyu Al-Qur’an diturunkan. Tanpa wahyu Al-Qur’an
manusia akan kehilangan pedoman hidup sebagai kompas kehidupan.
Secara
lughawi (etimologi) arti spirit adalah; jiwa, ruh, semangat,
keberanian, moral, suasana, arus, dlsb. Diantara sekian banyak arti
spirit dalam kaitan tulisan ini adalah ruh atau ruhani. Padanan makna
spiritual adalah ruh atau ruhani karena yang mengetahui persis tentang
ruh hanya Allah Swt. Tidak seorangpun yang mengetahui rahasia ruh dan
fungsinya. Dan, ruh manusia itu langsung dari Allah Swt. Kesempurnaan
manusia adalah pada ruhnya. Kemudian apa fungsi ruh dalam hidup dan
kehidupan manusia..???
Paling
tidak, fungsi ruh dalam hidup dan kehidupan manusia adalah jembatan
antara manusia dengan tuhannya. Jadi, hakekat manusia adalah ruh.
Manusia tanpa ruh adalah robot. Bahkan manusia jika berpisah dari ruhnya
berarti mati. Manusia mati harus berpisah dengan dunia kemanusiaannya.
Berarti ia tidak punya aktivitas lagi. Sementara, banyak manusia dewasa
ini masih lengkap jasad dan ruhnya. Ia adalah manusia utuh dalam
pandangan orang kebanyakan. Bahkan ia dipuji dan dielukan.
Namun
berbeda dengan pandangan orang kekhususan. Ia memandang seseorang
dengan mata hatinya yang bening. Hakekat ruhnya hidup menyinari setiap
langkah dan geraknya. Ruhnya lebih dominan dari pada daya intelektual
dan pisiknya. Dominasi ruh itulah yang membentuk kekuatan mental. Jika
ruhnya kuat, pasti mental membaja. Jiwanya tidak takut kepada siapapun,
karena backup nya adalah Allah Swt. Yang menciptakan. Inilah hakekat ruh yang memiliki fungsi menggerakkan.
Dalam
pola kehidupan bagi seorang yang sudah tingkat tinggi derajad kedudukan
ruhnya, tentu segala aktivitas kehidupannya tidak lepas dari panduan
Allah Swt. Sebab segala apa
yang direncanakan adalah rencana Allah SWt. Jika titik temu harapan
manusia dan kehendak Allah Swt tepat pada titik silang maka disinilah
terjadi keasyikan seorang hamba. Pertemuan seorang hamba ketika munajad
dengan serius seolah melihat Allah Swt, distulah daya ruh berperan untuk
bersimpuh mengajukan segala rencana aktivitas. Oleh karena itu pantas
Rasulullah Saw bersabda bahwa sebaik – baik ilmu adalah yang dapat
menyebabkan takut pada Allah Swt.
Kemudian
bagaimana cara mengeksplorasi daya spiritual manusia ? Dimana dan kapan
daya spiritual itu dieksplorasi ? Pertanyaan tersebut sungguh sangat
berat untuk dijawab. Yang dapat menjawab adalah orang yang sudah
mengalami kehidupan spiritual. Menurut manhaj sistematika nuzulnya wahyu
bahwa sarana asah spiritual itu terletak pada surah al-Muzammil. Kajian
intensive tentang surah tersebut menyimpulkan bahwa dalam surah ini
memiliki pesan utama sebagai sarana penegmbangan daya spiritual.
Sarana
utama sebagai sarana pengembangan daya spiritual itu adalah; qiyamul
lail, tartilul Qur’an, dzikir, tabattul, tawakkal, sabar, dan hijrah.
Jika sarana pengembangan spiritual ini diurai hingga detail, maka akan
memerlukan tempat dan waktu. Bijaksana kalau sepintas kita urai sesuai
dengan topik pembahasan. Paling tidak terdapat 3 sarana utama untuk
pengembangan daya spiritual, yakni;
1) qiyamul lail,
2) tartilul Qur’an dan
3) dzikir.
Adapun tawakkal, sabar dan hijrah adalah efek dari pada
pelaksanaan tiga sarana pengembangan spiritual tersebut.
Metodologi
pencerahan spiritual yang dibangun diatas qiyamul lail, hasilnya
mengagumkan dan menghenyakkan semua pihak. Tetapi tidaklah sekonyong –
konyong seseorang dapat melakukannya. Siapa tahan, ditengah malam harus
bangun meninggalkan tempat tidur menuju air wudhu dan bersiap mendirikan
shalat malam. Ditengah keheningan malam harus
berdiri sendirian bermunajad dan meratap pada Allah Swt. Tanpa
kesadaran yang melandasi niatnya pasti tidak akan melakukan shalat
malam. Tetapi bagi orang yang sudah sadar terhadap pentingnya bertemu
dengan Allah Swt untuk memaparkan segala aktivitasnya untuk mendapatkan
ridha-Nya, pasti ia akan bangun walaupun sempoyongan.
Bangun
shalat malam bukan sekedar memohon solusi persoalan hidup pribadinya,
namun harapannya adalah bagaimana mensolusi problema hidup dan kehidupan
ummat manusia sejagad. Mengapa hal ini dilakukan ? Karena ia telah
memposisikan diri sebagai seorang leader bukan follower.
Hasratnya ingin membangun peradaban Islam tingkat dunia. Karenanya ia
jumpa dengan Allah Swt dikeheningan malam bukan hanya memohon sesuatu
yang murahan. World view
atau pandangan hidupnya adalah menyentuh alam malakuut. Dunia bukanlah
tujuan akhir hayatnya. Dunia dijadikan arena bermain untuk memenangkan
sebuah ideologi kehidupan sejati, yaitu akhirat. @Bayan Sahid.
sumber;