Monday, March 28, 2016

Ketika Perut Rasulullah Berbunyi

Suatu ketika Rasulullah SAW menjadi imam shalat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai shalat, ”Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Anda sakit?” Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.”
Mendengar jawaban ini Sahabat Umar melanjutkan pertanyaannya, ”Lalu mengapa setiap kali Anda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…”

Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.
Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila Anda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?”

Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. Tetapi apakah yang akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya?”
Para sahabat hanya tertegun. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

Dari kisah di atas banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita teladani dan kita jadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari antara lain :

Pertama
gaya hidup Rasulullah yang sederhana dan bersahaja di saat sebenarnya Beliau bisa saja hidup dengan kemewahan. Kecintaan para sahabat kepada Rasulullah sungguh luar biasa sehingga secara kehidupan duniawi tidak mungkin Beliau berkekurangan. Sikap hidup sederhana yang merupakan pilihan hidup Nabi ini kemudian menjadi contoh bagi pemimpin-pemimpin hebat dalam sejarah Islam.

Kedua
sikap empati Rasul terhadap ummat saat itu. Sebagai pemimpin, Beliau ingin menunjukkan rasa cinta kepada ummat dengan memilih gaya hidup sederhana karena memang hampir sebagian besar ummat Beliau saat ini hidup dalam keterbatasan. Beliau mau mengorbankan kesenangan demi ummat, bahkan Beliau rela menanggung lapar dengan harapan biarlah hanya Beliau saja yang lapar dan ummat Beliau kelak tidak akan lapar di dunia dan akhirat kelak. Sungguh Kita semua sangat merindukan sosok pemimpin yang meniru akhlak Rasulullah, pemimpin yang mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya diatas kepentingan pribadi.

Ketiga
bisa juga kita mengkaji secara ilmiah apakah memang ada hubungan antara mengikat kerikil di perut dengan menghilang rasa lapar. Lalu kerikil yang dipakai Rasul apakah hanya sekedar kerikil biasa atau kerikil khusus yang telah Beliau doakan. Apakah Rasul hanya pada saat lapar saja mengikat batu kerikil di perut atau memang itu kebiasaan Rasul, dalam keadaan lapar dan kenyang tetap batu kerikil tersebut ada di perut Beliau yang diikat dalam kain. Bisa jadi kebiasaan mengikat kerikil diperut yang dilakukan Rasul ini yang kemudian menjadi tradisi dikalangan Sufi, dalam keadaan lapar melaksanakan puasa-puasa khusus batu itu berbunyi (karena batu tersebut bergesek antara satu dengan lainnya seperti batu Rasulullah) ketika shalat dan bergerak akibat kainnya yang sudah agak kendor dan dalam keadaan normal batu tersebut tidak berbunyi karena lilitan kainnya pas melingkar di perut. 


Wallahu’alam!