Allah telah menciptakan mahlukNya dengan
beberapa tingkatan niat. Mula-mula Allah menciptakan makhluk dengan niat
sebagaimana tertuang dalam hadits qudsi: “Aku adalah Perbendaharaan
Yang Tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka Kuciptakan makhluk dan
denganKu mereka mengenalKu.” Allah merupakan Al-Awwal yang tidak
diawali, Dia bersifat Ada Sedia (Wujud). Kehendak Allah adalah untuk
dikenali (untuk dima’rifati).
“Kesendirian” Allah merupakan kebenaran
mutlak yang tak bisa ditolak, karena jika ada sesuatu selain Allah, maka
Allah bukanlah Yang Awal. Dalam kitab Daqaaiqul Akhbar disebutkan bahwa
sebelum Allah menciptakan para malaikat yang bertugas untuk menyebut
dan memuji diriNya, Allah memuji diriNya sendiri yang Maha Indah dan
Elok. Allah ingin dikenal, sebagai Yang Maha Esa dan itulah yang menjadi
misi setiap nabi yang turun dimuka bumi, yaitumemperkenalkan Allah Yang
Maha Esa, misalnya surat Hud ayat 84.
Dengan demikian, mengenal Allah merupakan
tugas utama makhluk, terutama manusia. Mengenal Allah lebih signifikan
dari pada mengenal hukumhukumNya. Hal ini saya sebutkan karena dengan
mengenal Allah maka kitapun segera mengetahui apa yang diinginkanNya dan
apa yang tidak diinginkanNya. Mengenal Allah haruslah secara kaffah,
secara totalitas. Syeh Siti Jenar mengutamakan hal ini dalam persoalan
ibadah, dimana dia menyatakan bahwa ibadah tanpa ma’rifat adalah syirik. Bagaimana bisa anda beribadah kepada Allah dengan niatlillahi ta’ala, sementara anda belum mengenal siapa Allah?
Bahkan jika ditanyakan apakah “Allah”
adalah namaNya, bagaimana anda menjelaskannya? Jika anda mengatakan “Ya”
maka bagaimana mungkin andamemanggil-manggil namaNya dengan namaNya,
sedangkan anda begitu menghormati dosen anda dang memanggilnya dengan
“pak” atau “prof.” Ini adalah tanda bahwa anda melakukan ibadah tanpa
ma’rifat.
Jika anda bersaksi “Saya bersaksi tidak
ada Tuhan selain Allah” apakah benar anda menyaksikannya? Atau anda
hanya menyebutnya sebagai formalitas masuk Islam saja? Apa benar anda
menyaksikan bahwa Allah adalah Esa? Jangan-jangan selama ini kita hanya
melakukan persaksian palsu semata. Syeh Siti Jenar menekankan bahwa
bisa jadi kita selama ini menyembah akal budi saja, artinya, pengenalan
Tuhan itu tidak bersumber dari kesadaran ruhaniah tetapi karena
spekulasi akal budi saja. Ini sangat berbahaya, karena ini sudah
termasuk syirik. Yang bisa membawa makhluk (manusia) pada ma’rifatullah
secara kaffah adalah dengan melalui pengalaman ruhani, karena Allah
tidak akan pernah bisa dikenal dengan logika saja.
Wahdatul Wujud, jangan hanya dipandang
dari segi terminologinya saja, menyatunya hamba dengan Tuhan. Lihat
makna lebih dalam, hanya dengan “menghilangkan diri” dan segala sesuatu
selain Allah barulah kita bisa menggapai ma’rifat. Setelah itu, Allah
akan senantiasa berada dalam hati, dan ibadah akan menjadi lebih sejuk.
Arti hakiki dari ma’rifat juga bukan sematamata mengenal Allah, tetapi
Allah memperkenalkan DiriNya kepada kita, sebagai rahmat, buah dari
upaya keras kita melakukan perjalanan menuju dia.
Upaya para sufi adalah untuk bisa
mengenal diriNya secara hakiki, bukan hanya hasil pemikiran dan logika
saja. Karena secara logika, Allah hanya bisa dikenali perbuatanNya saja,
tetapi untuk mengenali secara hakiki, maka kita harus mengenaliNya dari
nama, sifat, perbuatan, hingga dzat. Ini memang hanya bisa ditemukan
dalam tasawuf, dan ini merupakan hasil perjalanan spiritual dan bukan
semata-mata spekulasi filsafat saja.
Untuk bisa ma’rifatullah secara
kaffah, seperti yang telah disebutkan, manusia harus mampu “menolak”
segala sesuatu selain Allah. Ini hanya bisa dilakukan dengan zuhud, dan
kemudian melakukan perjalanan spiritual dengan cara bertarikat. Tarikat
maksudnya jalan, dan ibadah merupakan tarikat. Jalan untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Suatu ketika
Sayidina Ali bertanya kepada Rasul
tentang jalan dekat menuju Allah dan Rasul bersabda “Dzikir.” Ini
merupakan landasan sufi untuk bertarikat, yakni dengan melakukan
ritual dzikrullah. Mengingat Allah dengan cara khusus, sebagaimana yang
Rasulullah lakukan selama berada di Gua Hira atau di kamar khusus yang
disebut dengan kamar khalwat; kemudian perjalanan tarikat ini disebut
dengan berkhalwat, yakni bersunyi diri untuk berdzikir kepada Allah.
Bagi anda yang suka menafsirkan kalimat
sepotong-potong untuk mencari kesalahan orang lain, saya ingatkan,
khalwat disini bukan hanya duduk dengan tasbih di tangan, tetapi
disertai dengan zuhud, saya sudah menyebutnya di depan. Bersunyi diri
agar tidak terganggu, dan para sufi kebanyakan menjauhi keramaian sosial
bukan untuk mengisolasi dirim tetapi mengisolasi hati dari segala
sesuatu selain Allah. Pada tingkatan tertentu, bahkan diri
yang mengingat pun sudah dilupakan, sehingga yang ada hanya yang diingat
saja,yakni Allah semata. Mendekat, mendekat, lebih dekat, hingga
hakikat melebur; inilah fana’. Apakah selamanya seperti itu? Tidak,
pengenalan dan penyatuan itu begitu singkat.
Bagaimana bisa kita tahu bahwa itu Allah?
Ini tidak mungkin dijelaskan, karena hanya yang mengalaminya saja yang
memahaminya; bisa jadi iblis yang datang? Hakikat iblis tidak setara
dengan Allah dan hanya Allah tujuan kita. Dengan demikian, iblis tidak
mungkin mampu menembus hijab dzikrullah. Mengapa para sufi tidak dapat
menjelaskan hal tersebut secara rinci sehingga dituduh mengada-ngada?
Itu karena fana’ diawali dengan lumpuhnya ilmu bahkan diri sendiri.
Hanya Nurullah semata yang dapat menjelaskannya kepada anda.
Jika semua yang dipaparkan benar (dan
memang benar), maka sungguh celaka tangan-tangan yang menuduh para sufi
(waliyullah) sesat, bahkan membunuh mereka, karena yang mereka tuduh dan
bunuh adalah para kekasih Allah, para pemegang rahasia ketuhanan
terbesar dan terpenting bagi ummat manusia. Alhasil, korupsi kiri-kanan,
prostitusi kiri-kanan, intimidasi dan peperangan sana-sini, karena
kebenaran sudah diputarbalikkan menjadi kesesatan; manusia tidak lagi
menggenggam kebenaran, karena pemegang kebenaran sudah dibunuh, dari
karakter hingga jiwa. Mungkin kelak saya juga akan dibunuh karena
menganut faham Wihdatul Wujud, Alhamdulillah karena saya juga termasuk
daftar orang-orang yang menyampaikan kebenaran tersebut. Wallahu ‘alam
bisshawab. Wassalamualaikum wr. wb. @@@
sumber;