Puasa
Ramadhan bertujuan untuk menjadikan orang yang bertaqwa, orang yang
terbiasa dengan ibadah. Ketika taqwa telah dicapai maka baru orang
tersebut bisa melaksanakan puasa-puasa khusus yang jumlah harinya lebih
dari 1 hari 1 malam.
Bagi
kalangan tertentu bahkan lapar dalam satu hari itu bukanlah lapar yang
sebenarnya.
Salah seorang guru sufi pernah mendengar seseorang dari kaum
sufi berkata, “Saya lapar”.
Maka Guru Sufi berkata, “Anda bohong”.
“Mengapa demikian?” Tanya orang tersebut.
“Sebab
rasa lapar adalah salah satu rahasia dari rahasia-rahasia Allah yang
tersimpan rapat di ‘Gudang-gudang’ simpanan Allah dan tidak akan
diberikan kepada orang yang membocorkan rahasianya,” tutur Sang Guru.
Syekh
Abu Nashr as-Sarraj bercerita: Ada seorang dari kaum sufi datang kepada
seorang guru Sufi. Kemudian sang guru menyuguhkan makanan kepadanya.
Lalu ia makan.
“Sejak berapa hari Anda tidak makan?” Tanya sang guru pada orang itu.
“Sejak lima hari,” jawabnya.
“Lapar
yang Anda rasakan bukanlah lapar kefakiran. Akan tetapi lapar Anda
adalah lapar karena bakhil. Bagaimana Anda bisa merasakan lapar
sementara Anda masih berpakaian?” tutur sang guru.
Sahl pernah berkata, “Apabila
kalian kenyang, maka mintalah lapar kepada Dzat Yang mengujimu dengan
kekenyangan. Dan apabila kalian lapar, maka mintalah kenyang kepada Dzat
Yang menguji dengan kelaparan. Apabila tidak demikian, maka kalian
terus-menerus melampaui batas”.
Tidak
ada orang yang diberi izin oleh Allah untuk meninggalkan puasa Ramadhan
kecuali oleh sebab-sebab tertentu yang membuat dia tidak bisa berpuasa.
Oleh karenanya Puasa Ramadhan yang merupakan latihan lapar bagi kita
semua bisa menjadi latihan untuk menapaki puasa-puasa lebih lanjut. Guru
Sufi memberi nasehat kepada murid-muridnya, “Kalau puasa sehari saja kalian tidak mampu laksanakan, bagaimana mungkin kalian bisa melanjutkan ke tingkat berikutnya?”
Demikian.