Kisah
berguru dalam ilmu hakikat mempunyai keunikan tersendiri, seperti kisah
Sunan Kalijaga yang menjaga tongkat Gurunya dalam waktu lama, dengan
itu Beliau lulus menjadi seorang murid. Berikut kisah Ulama Besar Imam
Al-Ghazali memperoleh pencerahan bathin bertemu dengan pembimbing
rohaninya, kisah ini saya di kutip dari Buku Tuntunan Mencapai Hidayah
Ilahi hal. 177, 178. Karya Imam Al Ghazali dari web dokumenpemudatnqn.net.
Imam
Ghazali seorang Ulama besar dalam sejarah Islam, hujjatul islam yang
banyak hafal hadist Nabi SAW. Beliau dikenal pula sebagai ahli dalam
filsafat dan tasawuf yang banyak mengarang kitab-kitab.
Suatu
ketika Imam Al Ghazali menjadi imam disebuah masjid . Tetapi saudaranya
yang bernama Ahmad tidak mau berjamaah bersama Imam Al Ghazali lalu
berkata kepadanya ibunya :
“Wahai
ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar shalat mengikutiku, supaya
orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya“.
Ibu
Al Ghazali lalu memerintahkan puteranya Ahmad agar shalat makmum kepada
saudaranya Al Ghazali. Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu, shalat
bermakmum kepada Al Ghazali.Namun ditengah-tengah shalat, Ahmad melihat
darah membasah perut Imam. Tentu saja Ahmad memisahkan diri.
Seusai shalat Imam Al Ghazali bertanya kepada Ahmad, saudaranya itu : “Mengapa engkau memisahkan diri (muffaragah) dalam shalat yang saya imami ? “. Saudaranya menjawab : “Aku memisahkan diri, karena aku melihat perutmu berlumuran darah “.
Mendengar
jawaban saudaranya itu, Imam Ali Ghazali mengakui, hal itu mungkin
karena dia ketika shalat hatinya sedang mengangan-angan masalah fiqih
yang berhubungan haid seorang wanita yang mutahayyirah.
Al Ghazali lalu bertanya kepada saudara : “Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu ?” Saudaranya menjawab, “Aku belajar Ilmu kepada Syekh Al Utaqy AL-Khurazy yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas (tukang sol sepatu) . ” Al Ghazali lalu pergi kepadanya.
Setelah berjumpa, Ia berkata kepada Syekh Al khurazy : “Saya ingin belajar kepada Tuan “. Syekh itu berkata : Mungkin saja engkau tidak kuat menuruti perintah-perintahku “.
Al Ghazali menjawab : “Insya Allah, saya kuat “.
Syekh Al Khurazy berkata : “Bersihkanlah lantai ini “.
Al Ghazali kemudian hendak dengan sapu. Tetapi Syekh itu berkata : “Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu“.
Al Ghazali menyapunya lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat
kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.
Namun Syekh berkata : “Bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu“.
Al Ghazali lalu bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata : “Nah bersìhkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu” .
Al Ghazali menuruti perintah Syekh Al Khurazy dengan ridha dan tulus.
Namun
ketika Al Ghazali hendak akan mulai melaksanakan perintah Syekh
tersebut, Syekh langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.
Al
Ghazali pulang dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu
pengetahuan luar biasa. Dan Allah telah memberikan Ilmu Laduni atau ilmu
Kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan qalbu kepadanya.