"
lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami,
yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami"
yaitu
ilmu yang langsung berasal dari Allah berupa ilham atau wahyu. Menurut
para mufassir hamba Allah di sini adalah nabi Khaidhir, dan yang
dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud
ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang tercantum dalam kisah
nabi Musa dan nabi Khidhir berikut ini:
Musa
berkata kepada Khidhir: bolehkah aku mengikutimu supaya mangajarkan
kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu ? Dia menjawab: sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan saggup
sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu
belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ? Musa berkata:
insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku
tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun. Dia berkata: kamu
mengikutiku, maka janganlah kau menanyakan kepadaku tentang sesuatu
apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu. Maka berjalanlah
keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhir
melobanginya, Musa berkata: mengapa kamu melobangi perahu itu yang
akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya ? Sesungguhnya kamu telah
berbuat kesalahan yang besar. Dia (Khidhir) berkata: bukankah aku telah
berkata : sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan
aku. Musa berkata : janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.
Maka berjalanlah keduanya: hingga tatkala keduanya berjumpa dengan
seorang anak, maka Khidhir membunuhnya. Musa berkata: mengapa kamu bunuh
jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain ? sesungguhnya
kamu telah melakukan suatu yang mungkar. Khidhir berkata: bukanlah sudah
kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar
bersamaku ? Musa berkata: jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu
sesudah ini maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,
sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku. Maka keduanya
berjalan: hingga takala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri,
mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri
itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri
itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding
itu. Musa berkata: jikalau kamu mau niscaya kamu mengambil upah untuk
itu. Khidhir berkata: inilah perpisahan antara aku dengan kamu: aku akan
memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak
dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang
miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu,
karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap
bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang
mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya
itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan
mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu
bapaknya) Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak
yatim di kota itu dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka
berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari tuhanmu. Dan bukanlah
aku melakukannua itu menuruti kemauanku sendiri, demikian itu adalah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS. Al Kahfi:66-82)
Dari
kisah tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu ladunni adalah ilmu mukasyafah
(mampu melihat dengan pandangan bathinnya) yang berasal dari ilham
maupun dari wahyu.
Juga
dapat disimpulkan bahwa ilmu mukasyafah banyak bertentangan dengan ilmu
syariat yang ada, sehigga tidak bisa dijadikan landasan hukum agama.
Karena itu Musa selalu membantah apa yang dilakukan oleh nabi Khaidhir.
Maka dari itu ilmu mukasyafah itu hanya untuk diri sendiri dan bagi yang
mengerti ilmu ini saja, bukan dijadikan dalil hukum-hukum agama.
Kecuali yang tidak bertentangan dengan nash Alqur'an dan Al hadist .
Ilmu
mukasyafah ini bukan hasil mempelajari suatu ilmu tetapi merupakan
ilham yang diletakkan kedalam jiwa orang mukmin yang hatinya bersih.
Jika hal ini terjadi kepada kita maka kita diberi kefahaman untuk
menangkap suatu kejadian yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi.
Karena jiwa yang bersih dapat melakukan komunikasi kepada sumber ilmu
yaitu Allah yang maha mengetahui segala sesuatu.
Adapun
manfaat ilmu mukasyafah ini adalah untuk menjaga dan mempersiapkan
segala kemungkinan yang akan terjadi terhadap kita maupun terhadap
lingkungan, sehingga kita bisa mengantisipasi sedini mungkin ... ittaquu
firasatal mukmin ... percayalah kepada firasatnya orang-orang mukmin
Dikalangan
ummat-ummat sebelum kalian telah ada muhaddatsun. Kalaupun ada seorang
diantara ummat yang seperti itu maka dialah Umar bin khathab
(mutthafaqun alaih )
Menurut
Ibnu Atsir : penafsiran kata "muhaddatsun" pada hadist diatas adalah:
mulhamun (orang-orang yang mendapat ilham) dan pengertian mulham (bentuk
tunggal dari mulhamun) adalah orang yang disusupkan sesuatu kedalam
jiwaanya, lalu dengan sesuatu tersebut dia mengabarkan dugaan dan
firasat. Dan sesuatu tersebut merupakan salah satu jenis dari wahyu yang
Allah istimewakan dengan siapa saja yang Dia kehendaki diantara
hamba-hambaNya yang dipilih, seperti Umar bin khathab.
Bisakah jin menyakiti kita ?
Anda
tidak akan bisa diganggu oleh makhluk jin jika anda meninggikan
kesadaran anda menjadi jiwa yang selalu berserah diri kepada Allah,
dengan demikian anda akan melihat alam-alam dibawah anda seperti jin dan
syetan. Mengapa para wali dan nabi mengettahui keadaan alam dibawahnya,
… karena mereka adalah orang-orang yang berserah diri. Dengan berserah
diri kepada Allah seketika itu alam-alam tidak akan bisa mempengarui
keadaan jiwa anda.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was dari syetan. Mereka mengingat Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. Al A'raaf:201)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was dari syetan. Mereka mengingat Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (QS. Al A'raaf:201)
Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan merteka semua kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash (berserah diri) (QS. Shaad: 83)
Jika
anda seorang ahli hukum atau insinyur sipil … anda akan lebih
mengetahui terhadap orang yang bukan ahli dibidang itu ... anda akan
faham isi fikiran orang tersebut sampai dimana kemampuan orang tersebut
masalah hukum maupun bangunan, … anda tidak bisa dibohongi oleh tingkah
pola orang-orang yang bukan ahli, ... walaupun mereka mengatakan dirinya
adalah insyinyur atau sarjana hukum.
Karena
orang yang ingat adalah mengingat kepada Tuhan yang maha tak terjangkau
maka jiwa anda adalah menembus wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh
makhluk-makhluk seperti jin dan syetan ... itulah jiwa orang yang
mukhlasin /mukminin …
Apabila
jiwa anda sampai pada taraf ini, insya Allah ucapan anda adalah berupa
do'a yang dikabulkan (sabda pandita ratu) mengucap sesuatu langsung
terjadi … Atau ketika anda ingin sesuatu misalnya ingin makan sate …
tiba-tiba merasakan rasa sate didalam mulut anda padahal anda tidak
makan sate … kemudian tidak terlalu lama ada orang yang datang mengantar
sate kepada anda … juga setiap anda mendo'akan orang biasanya langsung
terjadi tidak terlalu lama …
Mudah-mudahan saya berkata begini bukan karena kebohongan atau cerita dongeng, ... benar-benar dialami oleh rekan-rekan jamaah dzikrullah
sumber;
http://agoeshadie.blogspot.co.id/2009/04/rahasia-ilmu-laduni.html