Pintu-pintu Setan
Bismillaah. sudah lama sekali rasanya saya tidak menyentuh halaman ini. hahaha. oke, tak masalah. sekarang sebenarnya sayapun sedang tidak ada inspirasi untuk menulis sesuatu, jadi kali ini saya mau berbagi saja beberapa hal.
Kawan-kawan kenal setan? ya, setan.
musuhnya semua umat manusia yang beriman. tidak ada satupun orang
beriman yang mau berteman dengan setan. tapi yang namanya setan, mungkin
karena temennya dikit, selalu cari temen-temen yang lain. biasanya sih yang dicari orang-orang yang beriman.
nah, setan pinter, untuk bisa
menguasai orang-orang yang beriman, setan biasanya masuk melalui
bersitan-bersitan hati, atau kita sebut was-was. juga lewat hal-hal yang
sangat haluuuuus (entah itu lewat perantara manusia atau tidak,
misalnya pujian, riya’, dll) yang tidak disadari manusia biasa. dalam
buku beliau yang berjudul “Amal Penghancur Kebaikan”, al-Habib ‘Umar bin
Hafizh menuliskan bahwa ada banyak sekali pintu-pintu masuk setan ke
dalam hati orang-orang yang beriman.
mau tau? oke, mari kita simak.
- nafsu dan amarah
- iri hati dan tamak
- kenyang broo
- kemewahan dalam perabotan rumah, pakaian, etc.
- mengharap pujian manusia
- tergesa-gesa dan tidak melakukan verifikasi
- harta yang melebihi kebutuhan
- kikir dan takut miskin
- fanatisme terhadap madzhab dan sekte
- lupa dengan aib diri sendiri
- memikirkan hal-hal yang tidak pantas dipikirkan
- buruk sangka
naaah… pasti familiar kan dengan
beberapa hal di atas? atau barangkali enggak? emang gak familiar atau
gak sadar? kita kembalikan pada diri kita masing-masing lah ya. tidak ada manusia yang ma’shum di muka bumi ini kecuali Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga
shalawat dan salam senantiasa tercurah atas beliau, dan semoga kita
dijadikan orang yang ikhlas dan istiqomah, serta dijauhkan dari
sifat-sifat di atas. Aamiiin. :)
wallaahu a’lam.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Kail itu Bernama “Kenyang”
Tulisan ini sedikit melanjutkan tulisan sebelumnya tentang pintu-pintu setan masuk ke dalam hati manusia, salah satu yang telah disebutkan adalah kenyang, sekalipun kenyang dari makanan yang halal dan bersih.
Al-Habib ‘Umar bin Hafizh rahimahullah mengatakan,
“sesungguhnya kenyang bisa menguatkan nafsu, padahal nafsu adalah senjata bagi setan.”
Dikisahkan bahwa suatu ketika iblis menampakkan diri kepada Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihimassalam. Lantas Nabi Yahya ‘alaihissalam melihat berbagai macam kail yang dibawa iblis. Beliau lalu bertanya, “Hai Iblis, apa gerangan kail-kail itu?” Iblis menjawab, “Ini adalah ragam nafsu yang kuhantamkan kepada anak-cucu Adam.” Nabi Yahya ‘alaihissalam kembali bertanya, “Lalu adakan salah satu kail itu pada diriku?” Iblis menjelaskan, “Mungkin engkau kekenyangan sehingga membuatmu berat untuk mengerjakan shalat dan berdzikir.” Nabi Yahya ‘alaihissalam bertanya lagi, “Adakah yang lain?” Iblis menjawab, “Tidak.” Kemudian Nabi Yahya ‘alaihissalam mengatakan, “Demi Allah, selamanya aku tidak akan lagi memenuhi perutku dengan makanan.” Lalu iblis membalas, “Demi Allah, selamanya aku tidak akan lagi menasehati seorang Muslim.”
Diriwayatkan dari Miqdad, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Tidak ada wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Kalau memang ia tidak bisa untuk tidak memenuhi perutnya, sepertiga bagian adalah untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya.”
(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, an-Nasa’I, Ibnu Hibban, Ahmad, ath-Thabrani, al-Baihaqi, dan al-Hakim. Menurut al-Hakim, isnad hadits ini shahih. Adapun menurut at-Tirmidzi, kualitas hadits ini hasan shahih).
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tentang kenyang, Umar radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Jauhilah oleh kalian kekenyangan karena itu adalah beban dalam kehidupan dan baunya busuk dalam kematian.” Luqman berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, jika lambung sudah penuh, pikiran menjadi tidur, hikmah tak mampu berbicara, dan anggota badan menjadi malas beribadah.”
Dalam Taurat dinyatakan, “Bertakwalah kepada Allah dan jika engkau kenyang, ingatlah orang-orang yang lapar.”
Sahal bin Abdillah mengatakan, “Tidak
datang kebaikan pada Hari Kiamat, suatu amal kebajikan yang lebih baik
daripada meninggalkan makan berlebihan dalam rangka meneladani perilaku
makan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ia menambahkan, “Hikmah dan ilmu diletakkan dalam kelaparan, sedangkan kemaksiatan dan kebodohan dalam kekenyangan.”